Monday, October 24, 2005

UNTUK RENA

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Kids & Family
Ini tentang Rena, seorang gadis cilik berusia 11 tahun yang sangat merindukan kehadiran dan kasih sayang ke dua orang tua-nya.
Ini tentang Rena yang dititipkan dan diasuh di ‘Rumah Matahari’ sejak berusia 3 tahun.
Ini tentang Rena yang selalu “memprovokasi” adik – adik yang senasib dengannya, yang diasuh di ‘Rumah Matahari’, panti asuhan dengan suasana pegunungan dan lebih mirip dengan Sekolah Alam Ciganjur. “Memprovokasi” membuat keributan apabila ada kunjungan calon orang tua asuh yang ingin membawa salah satu diantara mereka untuk menjadi anak angkatnya.
Ini tentang Rena yang tidak ingin satu persatu anak – anak di ‘Rumah Matahari’ dibawa oleh orang tua asuh hingga memisahkan mereka yang sudah seperti kakak dan adik kandung. Rena ingin mereka tetap bersatu dalam kasih sayang tanpa kehadiran orang tua asuh. Mereka tidak ingin berpisah, mereka sudah terlalu dekat. Mereka sudah merasakan kehangatan penghuni ‘Rumah Matahari’.
Ini tentang Rena yang mengalami ‘perubahan’ ketika Om Yudha, tamu dari Jakarta datang dengan perhatiannya yang lebih kepada anak – anak di ‘Rumah Matahari’.

Ini tentang.....aku...
Tentang aku yang menonton ‘Tentang Rena’ awalnya karena ingin memandangi wajah ‘duda idaman-ku’, Surya Saputra (berperan sebagai Om Yudha). Oleh karenanya aku nggak menunggu ‘pasukan bodrex’ alias keponakan-keponakanku yang biasanya mengajak menonton film bersama jika ada film anak – anak ditayangkan di bioskop. Aku menonton bersama Dina di Pasar Anyar Bogor.
Ini tentang aku yang baru sekali menitikkan air mata saat nonton di bioskop. Masih terpatri pertama kali aku menitikkan air mata ketika sedang menonton film (bulan Agustus 1994 di Broadway Cinema – Newmarket, Auckland). Film Lion King itu mampu membuat air mataku mengalir saat adegan ayah Simba meninggal dunia dengan tragis. Air mata kesedihan Simba ikut mengalir di pipiku. Ah,mungkin karena aku ingat ayahku yang juga sudah meninggal dunia maka sudah sewajarnya aku menangis.
Ini tentang aku yang untuk kedua kalinya menangis di sebuah cinema. Tanpa rencana karena aku bukanlah orang yang mudah mengalirkan air mata, bahkan sudah 7 tahun air mata kesedihan tak pernah mengalir di pipiku. Uuuhhh,,,bebalnya!
Ini tentang aku yang menangis saat aku menyaksikan anak – anak asuh di ‘Rumah Matahari’ bermain – main dengan segudang kepolosan.
Ini tentang aku yang terenyuh ketika Om Yudha memandang berita anak – anak korban Tsunami Aceh yang tercerai berai dari orang tua-nya hingga mendorong naluri kebapakannya untuk menemui anak kandungnya yang telah 8 tahun tak pernah ia lihat.
Ini tentang aku yang menangis ketika menyaksikan kehancuran hati Rena saat ia mengetahui bahwa Om Yudha, tamu yang baik itu ternyata adalah ayah kandungnya yang telah 8 tahun tidak pernah menemuinya.
Ini tentang aku yang menangis saat Om Yudha menjelaskan alasan kepada Rena mengapa ia menitipkan Rena di ‘Rumah Matahari’ .
Ini tentang aku yang menangis ketika Rena marah dan tidak mau menerima bahwa Om Yudha adalah ayah kandungnya hingga Om Yudha mengatakan justru rasa sayangnya yang besar ke Rena membuat Om Yudha tidak tega melihat Rena yang terus hidup disaat kehancuran hati Om Yudha yang ditinggal oleh semua orang yang dicintainya.
Ini tentang aku yang akhirnya menangis sampai akhirnya hati Rena luluh dan mau menerima alasan ayahnya tidak dapat berada di dekatnya dan tidak pernah menghubunginya.
Ini tentang aku yang terus menangis ketika Rena akhirnya dibawa ke Jakarta oleh Om Yudha, ayah kandungnya.

Untuk Rena...judul film itu.
Untuk Rena jugakah aku menangis?

Lion King aku menangis untuk kesedihan ditinggal seorang ayah
Untuk Rena aku menangis untuk keharuan seorang anak bertemu dengan ayah kandungnya
Lion King aku ingat tentang aku
Untuk Rena????,,,,Apa yang harus aku ingat?
Tetapi aku yakin keduanya untuk sebuah kerinduan yang terpendam.

Film kartun dan film Indonesia ternyata mampu menguras air mataku yang langka aku keluarkan. Keduanya adalah film anak – anak.
“Kamu boleh menangis saat kamu menghadap-NYA dan saat kamu melihat kezhaliman di depan matamu.” Amanah ini adalah salah satu amanah dari seseorang yang membuatku tak pernah menangis kecuali menghadapi 2 peristiwa tersebut.

^_^
2 hari setelah aku menonton film itu, Alya (4 tahun) dan Alysa (7 tahun) – 2 muridku aku tanya,”Kalian sudah menonton film Untuk Rena?”
Mereka tak menjawab, hanya menunjukkan peluit di yang tergantung di leher ke duanya. Aku tertawa,”Hai Miss Anna juga mau beli peluit itu. Dimana belinya?”
Mereka menjawab,”Di Citos saat kita nonton.”
“Filmnya sedih?” tanyaku ke mereka. Aku nggak mau cerita kalau aku menangis. Jaim dikit-lah :D
“Kita semua nangis. Bapakku aja ikutan nangis.”
Aku tersenyum lega. Luruhlah ke-‘jaim’-an yang aku punya.Perlahan aku bicara,”Miss Anna juga nangis.”
Kami langsung bermain dan mereka membunyikan peluit itu, memekakkan telingaku.
“Alya! Alysa! Be quite! Sit down, please!”