Saturday, January 28, 2006

Membatik Bersama Conectique






Dapat sesi ke dua pada acara Workshop Batik Tulis yang diselenggarakan
Conectique Club. Website Conecting Women ini memang mengadakan workshop batik
untuk pertama kalinya. Harus ikut dong, soalnya daku termasuk yang mengusulkan
pertama kali saat Conectique Milis meminta bentuk kegiatan offair. Membatik.
Sebagai cewek Jawa memang sudah sepantasnya belajar membatik...hehehe....




Datang agak terlambat. Sebelum berangkat sms Diah dulu , minta dihubungin
ke Bondan karena daku pengen ketemu Bondan. Ada yang perlu aku pertanyakan soal
comic. Diah malah nelpon balik en ngajakin ketemuan di Citos. Mau kumpul sama
Rinaldi en beberapa temannya yang pilot Garuda. Kalau memang aku datang Diah
juga mau mengajak Rian. Hhhhmmm....sorry, Sis...aku nggak bisa ikutan hari ini.




Dalam perjalanan Mbak Nana nelp dan mengabarkan acara yang beliau ikuti di
Tabloid Nyata sudah selesai. Kalau memungkinkan Mbak Nana mau ikutan workshop
Batik juga.




Sampai di Museum Tekstil KS Tubun ternyata Mbak Nana sudah di depannya.
Menungguku. Tetapi nggak jadi ikutan,”Nanti kalau aku ikutan Owien bisa ngambek
karena nggak diajak.” Selain itu sepertinya nggak bisa ndaftar on the spot sih,
karena sertifikatnya sudah dipersiapkan beberapa hari sebelumnya.




Setelah mendaftar ulang aku masuk ruangan workshop. Langsung dibebaskan
untuk mencari motif dan menggambarkannya di kain putih yang sudah dibagikan.
Duuuuhhh Gusti Pangeran....meskipun waktu SD nilai menggambarku tinggi en
pernah menjadi murid Pak Tino Sidin tetapi sekarang aku paling merana kalau di
suruh menggambar! Awalnya sih mau gaya menggambar motif traditional Pekalongan
atau Solo yang filosofi-nya mantap banget tetapi...Alhamdulillah nggak jadi
soalnya saat menggambar dengan pinsil memang mudah tetapi saat “menegaskan”
dengan malam dan canting pastinya daku bisa frustasi deh!




Cari motif kodok naik pesawat terbang kok nggak dapet – dapet yah? Jadi aku
pilih motif biota laut dan serangkai bunga aja. Motif biota laut nggak terlalu
sulit. Itu-pun menggambarnya separuh nafas. Setelah menggambar selesai,
langsung menegaskan dengan malam dan canting. Huuuwwwaaaa....mendingan daku
disuruh lari keliling stadion Senayan 7 kali deh (eh gak juga ding...keliling
stadion Senayan 7 kali capek juga, jadi mendingan disuruh keliling dunia gratis
ajah )










Waktu lagi konsentrasi menggambar tiba – tiba ada telpon dari Sekar. Bisa
ketebak deh, pasti mau ngundang makan – makan. Seno ultah hari ini.

”Lagi
dimana?” tanya Sekar.

“Di Museum Tekstil. Ikutan membatik nih.” Jawabku.

“Ih kurang kerjaan ajah...”




Yeeeh? Emang yah, Tante-mu yang satu ini kurang kerjaan ikutan membatik
segala. Kalau ikutan workshop membatik itu kurang kerjaan yah? Waaaww...ini
kreatif, Mbak Sekar! Daripada Tante-mu ini mengikuti kursus memasak atau ikutan
ibu – ibu arisan panci. Kalau itu sih mendingan aktif di ibu – ibu PKK ajah?!
Hahaha....:p Memasak kok kursus seeehhh...memasak itu takarannya dari hati. Mau
kursus sampai jungkir balik kalau nggak selera, tetap aja gak asyiiiikkkk!!!!




Finally selesai juga workshop hari ini. Jadi scarf mungil berwarna biru
Navy. 80 % peserta mewarnai batiknya dengan warna merah, tetapi daku maunya
biru karena sudah ada scarf merah di rumah. Loh jadinya lebih mirip batik
jumputan nih!




Pulang membawa hasil karya batik olahan kita masing – masing en sertifikat.




Duh Eyang, maafkan Cucunda yang tidak ahli dalam membatik. Cucunda telah
mencoba apa yang diwariskan Eyang Putri pada kami tetapi ,,,,,, bagaimana dong,
Eyang Putri, Cucunda lebih mewarisi kegemaran Eyang kakung yang suka
berpetualang nih? Maaf yah, Eyang Putri...yah? yah? Yaaaah?! Eyang Putri
baiiiik deh




Di perjalanan pulang kembali Diah sms,”Ada rian nih dtg, sm manda lg
otw.Loe ksini gak...”. Duh ke Citos, jangan, ke Citos, jangan, ke Citos,
jangan, ke Citos....??




Ke Pasar Minggu dulu deh. Kalau mereka sampai malam barulah daku susul tapi
maleeesss aaaahhh. Nelpon ke Diah.




Telepon di-over ke Rian.”Katanya loe mau pinjem vcd Tintin. Kalau ketemuan
lagi gw bawa....”




Nah....dengar Tintin daku langsung antusias




Heraaaannn...kenapa daku jadi makhluk serba tanggung gini yah?
Cewek tulen, tetapi sukanya kegemarannya cowok? Memasak juga kegemaran
cowok loh....lihat saja koki - koki di hotel. Tetapi memasak dengan
hati looowwwhhh, bukan dengan resep masakan ala kursus.





Tuesday, January 24, 2006

Squadron 17 VVIP Lanud Halim PK


Setelah terbang bersama dengan Indonesia Air Force yang dipiloti oleh Capt.Fajar, Pilot Kepresidenan kami berfoto bersama.Anna disebelahnya Capt.Fajar

Berkunjung ke tempatnya 'Indonesia Air Force'....Wuuuh keren :)

Saturday, January 21, 2006

Terbang dengan Indonesian Air Force



12 Januari 2006

Pukul 5 pagi.


Dua handphone-ku (GSM en CDMA), handphone Gege dan handphone Fajar bersusulan
ganti2an menjerit – jerit membangunkan kami yang masih terlena dalam mimpi. Aku
yang biasanya shalat shubuh nunggu sampai jam setengah enam terlebih dahulu
(ketahuan dah...tengsiiin) kali ini bergegas menuju kamar mandi.




Berkemas menyiapkan kaos seragam IF yang belum pernah dipakai,
jilbab merah dan kaos lengan panjang warna merah juga. Mematut ke cermin dan
lunturlah rasa percaya diri. Bukan karena model kaos yang kurang berkenan,
namun setelah melengkapi kaos tersebut dengan jilbab dan mengenakan kaos lengan
panjang merah ternyata aku lebih mirip anggota salah satu partai yang ketuanya
adalah seorang wanita. Padahal partai bergambar ‘moncong putih’ itu kemarin
baru saja merayakan ulang tahunnya ke 33.




Semula aku ingin mengenakan celana panjang/kulot berwarna merah,
tetapi,”Gue takut kalau perwira2 di Squadron 17 ngelihat gue melintas di depan
mereka, mereka bakalan ngasih hormat ke gue!” begitu alasanku ke Iqbal saat
chating di YM kenapa aku nggak jadi memakai kulot merah.




“Loh emang kenapa?” tanya Iqbal.




“Nanti mereka kira ada bendera yang lewat di depan mereka!”




Akhirnya dengan memantas – mantaskan diri pakaian lengkap aku kenakan dan
Gege juga telah siap menghantar ke Halim Perdana Kusuma. Berangkat dari Buaran
sehingga tidak terlalu jauh dari Lanud Halim. Kemarin sore Duo Dewi menawarkan
diri menjemput aku dan berangkat bersama ke Halim, tetapi berhubung Gege sedang
berbaik hati mau mengantar maka aku pilih disopirin Gege naik APV-nya deh.
(Soalnya Gege sudah biasa nganter Papa ke Halim, jadi pasti tahu dong selah
Lanud Halim PK)










Pukul 7 pagi.

APV keluar dari rumah Buaran. Saat membuka pagar hp-ku di mobil berbunyi.
Nggak sempat menjawab. Misscaled dari Edo. Nggak usah ditelp balik tetapi APV
langsung meluncur ke perempatan Jalan Raden Inten.

“Ge, pasang mata kalau ada 2 cowok berseragam sama dengan aku.” Kataku ke
Gege.

Tak sulit menemukan 2 cowok mengenakan kaos seragam merah putih. Edo dan
Bowa tengah berdiri di perempatan jalan dekat lampu merah yang bersama dengan
orang –orang yang menunggu angkot. Hehehe...Bowa liburan dari New Orleans
diminta bergaya “Nunggu Angkot Looks” nih...?






















Keduanya naik mobil dan kami langsung menuju ke Lanud Halim PK.

“Kayak rombongan TK mau jalan – jalan ya, Do?” celutukku.

“Hehe...lebih mirip anak – anak panti asuhan.” Edo menanggapi sambil
tertawa.



Pukul 7.45 kami sampai.

Di parkiran Lanud Halim PK sudah banyak orang –
orang berseragam seperti kami.

“Itu siapa?” tanya Bowa kepada Edo menunjuk seorang peserta yang menyebrang di depan APV.

Edo belum kenal. Berarti banyak peserta baru nih?!








Turun dari mobil kami langsung mendekati gerombolan kaos ‘Putih Merah’ itu.

“Annaaa....” tiba – tiba ada yang memanggil. Loh kok ada yang kenal daku
sih?! Hihihi....ternyata Om Wisnu yang memanggil sambil melambai – lambaikan
tangan.

“Haaaiiii....brownies kukus-nya mana?” sambutku celamitan :D Sehari
sebelumnya Om Wisnu khan dari Bandung. Waktu di Bandung sempat chatting sama
aku, makanya aku ngerti dia baru pulang dari Bandung. Huh, sptnya permintaanku
dianggap bercanda ketika itu. Pas Idul Adha sih daku sempat mau sms en
confirmasi soal pesanan ,,,tp kebetulan pagi Idul Adha Om Rian sms. Tetapi Om
Rian mah sombong,,,,dipesenin brownis aja susahnya minta ampun
:( Iye deh, Om....iye waktu itu lagi depart ke
Jakarta en gak lewat tempat jualan brownies khan ? :P












Belum sempat sok ngambeq ke Om Wisnu tiba – tiba terdengar suara dari
sampingku,”Annaaaa,,,gue lupa bawa dvd FS lo! Ketinggalan di kantor.Besok gue
kirim aja deh.Kasih alamat loe ke gue aja.” Kali ini Om Iqbal dengan muka sok
menggemaskannya cengar – cengir.

Nggak seberapa lama terdengar panggilan lagi,”Anna! Anna khan?” kali ini
suara cewek. Langsung daku jawab,”Iya. Pasti elo Dewi khan? Hehehe...Dewi Fit
apa Dewi Triana?” Akhirnya kami trio cewek berdiri berjejer.

Saat diabsen ada seseorang yang menegur kami,”Eh kenalan dulu dong cewek –
ceweknya. Ini namanya siapa?”

“Dewi Fit...” kata Dewi.

“Kalau ini?” tunjuk orang itu ke aku. Aku langsung menatap dan ingin
tersenyum ke cowok itu, tetapi belum juga bibir ini membentuk senyum tiba –
tiba kami berdua tersentak kaget dan langsung teriak bareng,”Hwwwuuuaaaaa!!!”
Bwahahaha....setelah berteriak kaget barengan kami berdua langsung tertawa, dan
sama – sama berkata,”Oh dia toh?!” tanpa menyebut nama kami masing – masing.
Hihihi...cowok itu adalah MR.Gerry.


































Kordinator rombongan mengabsen,”Anna Balqis.” Dan aku menunjukkan telunjuk
kanan.

“Anna Bokis!” belum apa – apa Mr.Gerry udah mulai meledek.

“Awas loe ya! Resek!” gerutuku ke dia.

33 peserta yang terdiri dari 30 cowok dan 3 cewek setelah diabsen
dipersilakan naik ke bus milik TNI AU.

Kami sempat tercengang – cengang melihat bus yang kemudi-nya disebelah
kiri. “Gila, gw mikir tadi.Kok perwiranya yang berseragam yang nyetir en
sopirnya duduk – duduk aja. Ternyata setir kiri.”

“Biar bus tua gini ternyata build up. Kereeen.”

Aneka komentar bertaburan dari mulut kami. Itu baru soal bus yang akan
mengantar kami ke Squadron 17. Nggak kebayang deh kalau nanti kita ngelihat
pesawat. Dapat diprediksi pasti lebih norak lagi...hehehe...

Tetapi kami semua sudah mempersiapkan diri untuk “tahu diri” karena yang
akan kami kunjungi adalah Squadron VVIP TNI AU, tempat presiden, wakilnya dan
para Jendral melakukan kegiatan penerbangan dalam tugas negara. Pasti
peraturannya bakalan strick banget, gak boleh ini itu en gak boleh foto – foto,
diperiksa sana – sini.

Aku duduk berdua Edo di baris terdepan. Sengaja kami berdua milih baris
terdepan biar merasa mantap dan lepas pandangan.

Pihak TNI AU mengucapkan selamat datang kepada kami dan mengatakan kami
boleh sepuas – puasnya bertanya dan mencari tahu soal pesawat – pesawat yang
biasa oleh petinggi – petinggi negara itu.”Silakan bapak – bapak mencari
kepuasan disini dan tidak mencari kepuasan di tempat lain.”

Lah ucapan bapak dari TNI AU itu membuat kami tertawa terbahak – bahak.
Sementara aku pasang aksi ngambek sambil ngebisikin Edo,”Do, kok bapak – bapak
doang yang disebutin. Berarti ibu – ibunya gak dianggep dong?”

Tuh bapak nggak enak ati kali yah mengucapkan selamat datang ke ibu – ibu
yang emang hanya 3 gelintir ini :D

Dari depan Dunkin Donuts Halim PK ke Squadron 17 daku nonton video yang
dibuat oleh Edo,”Dari landing sampai take off ada nih.Perjalanan gue tanggal 7
naik Batavia Air di Medan.”

Langsung aja daku pesan,”Do...pesawat – pesawat haji yang warna biru-nya
tolong di kirim ke gue dong.”

Sesampai di hanggar Squadron 17 kami langsung berkumpul dan lagi – lagi
mendengar sambutan dari pihak TNI
AU.”Jika ada pertanyaan maka kami akan menjawab dengan senang hati...”

Langsung saja members mengajukan pertanyaan spontan dan dijawab oleh
perwira tersebut,”Oh, soal teknis dapat dipertanyakan langsung kepada teknisi2
pesawat kami.” Hehehe...bapak kelimpungan yah ngejawab pertanyaan members IF
yang kadang – kadang kritisnya malu – maluin :D










Awal – awal kami masih jaim. Pada takut kena jedor kalau berbuat salah
kaliii yeee...maklum di daerah militer. VVIP-nya pula. “Garasi”-nya Presiden en
Jendral, Man! :D

“Pak, boleh motret sini?” tanya satu peserta outing.

“Silakan...silakan....Bebas kok.” Jawab bapak TNI AU ramah.

Haaahhh??? Benar – benar bapak – bapak itu baik – baik, ramah – ramah en
dalam sekejab lunturlah ke-jaim-an kami. Lebih bebas dari anak – anak study
tour....hahaha...Ada yang nemplok di Super Puma-nya Presiden, ada yang nonjok –
nonjok pintu Super Puma, ada yang maenin baling – baling helicopter, ada yang
manjat – manjat ke cockpit, ada yang gojlak – gojlakan di cabin. Trus ada yang
lari – larian ke F27 Indonesia Air Force yang terparkir di dekat situ. Banyak
pula yang jeprat – jepret dengan camera yang gede-nya nyaris nyaingin
helicopter (dooo berlebihan deh :p). Motret-nya gayanya seru banget. Aku
ngelihatnya sampai bingung soalnya mereka motret gayanya “jumpalitan” gitu.
Padahal yang dipotret (pesawat en helicopter) santai – santai aja en gak
bergerak, tetapi yang motret kok malah aneh – aneh, sambil jongkok, agak
nungging, ngesamping en ....aneh2 deh gayanya. Daku mah maklum sama gaya mereka
yang lebih action daripada yang dipotret :D. Soalnya daku juga sempat lari –
lari “ngejar” CN 235-nya Merpati Nusantara yang lagi landing, but daku asal
jepret aja. Nggak sempat ngutak – atik camera-lah. Kalau daku utak – atik lagi
keburu parkir deh tuh pesawat. Hihihi...beneran niat motret CN 235 MNA nih?
Padahal dalam hati bertanya,”Di cockpit CN 235 itu siapa yah? Ian? Zaki? Wahid?
Atau.....” Hih, daku sok kenal semua pilot CN 235 MNA aja ih! :p












Hasil dari “ngejar” CN 235 yang lagi landing itu???? CN 235-nya
kelihatannya hanya “setitik” en yang gede kelihatan justru sayapnya Hercules
yang baru mendarat en parkir di sebelah kami. Hehehe...spotter amatiran banget
hasilnya. Masih untung aku gak spotting pakai handphone :p



TERBANG DENGAN PESAWAT WAPRES




Indonesian Air Force. Wuiiihh, mendengar namanya saja bakalan terpikir ke
film “Air Force One” dan Harrison Ford. Pikiran ini mulai deh “norak”.




“Air Force”....”Air Force”.....ih gak kebayang bakal naek nih pesawat
sebelum daku jadi Presiden beneran. Hihihi...keluar masuk istana negaranya
sudah sering waktu zaman Habibie masih nangkring jadi Presiden, so sekarang nyoba-in
pesawat terbangnya dong. Ih nggak ngira secepat ini...:D




Waktu semua disuruh masuk ke cabin
F28 TNI AU yang biasa dipakai buat Wakil Presiden kami masuk dengan santai.
Diantara kami masih belum percaya,”Eh beneran nih kita bakalan joyflight?”...”Terbang?
Nggak mungkin ah!”...”Mosoq sih terbang? Kita duduk – duduk aja khan disini?
Boleh foto – foto gak yah?”...




“Ini beneran nih pesawat en kursi-nya Presiden. Boleh aku dudukin gak?”
tanyaku semi norak sambil nunjuk kursi yang “agak lain” dibandingkan
kursi-kursi lainnya yang terletak di cabin belakangnya.”Aku duduk sini ah!” aku
langsung duduk di kursi itu. Ada 6 orang yang bisa duduk di cabin VVIP
tersebut. Salah satunya daku.




“Loh ini yang mana Presidennya nih?” tanya satu orang yang baru masuk dan
melihat 6 kursi di VVIP cabin telah penuh.




“Gue....gue Presidennya. Ini ada ibu negara-nya.” Celutuk Om Nasroen yang
duduk di sebelah aku.




Merasakan nyamannya duduk di kursi kulit yang biasa diduduki petinggi RI.
Tak lama Pak Fajar, sang pilot dari TNI AU muncul dari dalam cockpit. Menuju
cabin lalu memberikan kata pengantar kepada kita. Kata pengantar???? Kesannya
dari tadi ada “kata pengantar” melulu yah? But ‘kata pengantar’ yang kali ini
benar – benar tidak membosankan kami, bahkan memberikan angin segar (sesegar –
segarnya) buat kami yang sudah duduk dengan manis di dalam cabin. “Kata
Pengantar” itu adalah pengenalan terhadap pesawat F28 yang saat itu kami sedang
berada plus apa yang akan diperbuat Pak Fajar untuk kami. Buat informasi aja
nih, pesawat terbang F28 yang kami naiki itu adalah pesawat F28 paling terawat
dan termewah di dunia. Jelas dan pasti tuh keterangan...lah yang pakai F28 aja
udah jarang :D MNA aja baru nge-pensiunin F28-nya. Pesawat F28 TNI AU ini hanya
boleh menerbangkan Presiden, Wakil Presiden en Petinggi TNI minimum bintang 3
(Hah....lah kami bintang 7 yah? :D). Bagaimana nggak merasa jadi jendral
bintang 7 kalau saat itu Pak Fajar yang pilot khusus petinggi2 itu akan membawa
kami terbang dan touch en go sebanyak 2 kali? Ckckck...Jendral Bintang 5 saja
nggak akan pernah merasakan ini. Iya-lah emangnya mungkin apa kalau Jendral
Sudirman bakal naek F28 ini trus ngalamin ‘touch and go’? Gak mungkin
khaaaaaannnn???? :p




Sebenarnya soal ‘touch en go’ udah pernah aku rasakan, tetapi itu di NZ dan
pakainya Cessna. Saat itu malah aku duduk di cockpit en disuruh yang memencet –
mencet aneka tombol saat ‘touch en go’. Tetapi daku khan mau merasakan aneka
‘touch en go’ dalam berbagai situasi dan kondisi. Siapa tahu next time bisa
‘touch en go’ pakai pesawat real ConAir (Musti jadi napi dulu kayak Nicholas
Cage dong yaaa??? :p)




Pak Fajar kembali ke cockpit, kami mengenakan seatbelt dengan perasaan
bercampur aduk. Hei....kami bukan orang – orang yang baru pertama kali naik
pesawat terbang loh, bahkan kami adalah orang – orang yang sudah puluhan bahkan
ratusan kali naik pesawat terbang. Nggak sekedar jadi penumpang, bahkan
banyak diantara kami seringkali mengemudikan pesawat terbang dan at least
diantara kami adalah para jagoan yang gape banget nerbangin pesawat (at least
pakai FS deh...hehe).




Dari cabin tengah hingga belakang terdengar keriuhan dan aneka decak. Kami
yang berada di kursi2 VVIP langsung meledek,”Heh...hus para mentri jangan ribut
yah!”




Om Nasroen disebelah daku masih terbengong – bengong,”Beneran terbang nih?”
nggak yakin banget deh.




“Handphone harus dimati’in gak?” tanyaku ke Om Nasroen yang kemudian
ditanyakan ulang ke salah satu perwira yang
senyum – senyum melihat kelakuan kami. Kami langsung mematikan
handphone.




Begitu pesawat landing aku en Om Nasroen langsung berteriak kegirangan,
disusul dengan yang lain....mungkin baru sadar kalau ternyata kami diajak
terbang beneran.




“Setelah ini boleh visit cockpit bergantian.” Sahut salah satu orang yang
berada di kursi VIP.




“Urutannya berdasarkan kursi duduknya yaaa....!” teriakku dengan egois. Iya
dong, soalnya daku khan duduk di kursi urutan ke dua :D




“Iya loh,,,berdasarkan kursi duduk giliran ke cockpitnya.” Ujar Nasroen.




Daku langsung ngeloyor ke cockpit, padahal belum ada instruksi boleh ke
cockpit...hihihi...soalnya udah ada 2 orang yang bandel nyelonong ke cockpit.
Foto – foto di cockpit, ngelihatin Pak Fajar yang nerbangin pesawatnya jago
banget (pilot presiden gitu lowh!), en pas nengok ke belakang....waduh cowok2
udah bergerombolan di belakangku mau minta masuk cockpit. Gaya2 mereka udah
seperti orang kebelet yang antri toilet...hahaha....




“Silakan...silakan....” aku balik ke cabin dan mempersilakan mereka
berdesakan masuk cockpit. Tiba – tiba sign menggunakan seatbelt dinyalakan.
Aku langsung duduk dengan manis di kursi. Touch en go pertama segera
dilaksanakan....kereeeeeennnnnnn.......kami langsung bertepuk tangan seperti
suporter sepakbola yang jagoannya meng-golkan bola ke gawang lawan dan bersorak
sorai.




Saat pesawat masih “ngebut di runway” aku menyalakan handphone....Gak
tahaaaan untuk cerita ke Om Rian....hahaha.....dendam pribadi sama Om Rian,
soalnya waktu dia berhasil nongkrong di cockpit saat ke Bali en bisa mejeng di
tower Ngurah Rai nge-sms en bikin panas diriku, trus waktu nyoba Yoke (real
flight simulator) sama Manda nge-sms lantaran gak bisa tidur usai fs itu.
Huh...itu khan bener2 manas2in daku
:(




Laaahhh...saat nulis sms buat Om Rian, tiba – tiba sms dari Om Rian masuk
dulu-an ke hp-ku : ”Gimana,bu...seru?”




Langsung aku balas dengan sms yang sudah aku tulis sebelumnya. Pas banget
tuh. Ternyata Om Nasroen juga gak mau kalah menyalakan handphone, menelpon
kakaknya,”Hoi, gue lagi duduk di kursinya Yusuf Kalla nih. Kita terbang beneran
pakai pesawat kepresidenan!” Hahaha...pokoknya seru deh. Kapan lagi bisa
telpon-telponan di cabin dengan suara keras saat pesawat terbang? Untuk
sementara ini belum bisa tuh....




“Kapan lagi yah bisa gini?” kata Om Nasroen masih takjub.




“Wah, yang gak ikutan mah rugi banget nih.” Seruku.”Barusan Om Rian sms...”




“Gue telpon Rian ya?!” tiba – tiba Om Nasroen langsung menghubungi nomer hp
Om Rian.




“Iya, barusan aku udah sms kok. Aku cerita sedikit.” Jawabku.




“Halo,,,lagi ngapa’in loe? Lagi menyesali diri gara – gara gak ikutan
outing? Udah selesai menyesali nasibnya?” sahut Om Nasroen pada Om Rian
diseberang.




“Aduh, presiden en wapres aja pakai acara jaim kalau duduk disini. Kalau
kita malah gak ada jaim2nya..hehehe.” sahutku.




“Waaah,,,ini benar – benar IF terbang bersama. Naik pesawat terbang
VIP kepresidenan pula dengan penumpang semua dari IF....benar – benar peristiwa
langka. Keinginan kita untuk terbang bersama akhirnya kesampaian.”




Akhirnya setelah pesawat di udara lagi kami mulai nggak tahan untuk
berkeliaran secara liar. Berlari – lari dari cabin ke cockpit. Berfoto – foto
secara bebas. Dan sekarang pintu di depan cockpit benar – benar laksana pintu
toilet yang sedang diantri oleh orang – orang yang kebelet. Antri plus
berdesakan. Mereka ingin mengambil moment2 saat pesawat terbang, dan saat touch
en go.




Saat pesawat ingin touch en go kedua kalinya mereka sudah nggak mau lagi
duduk dengan manis. Malah kali ini semakin liar. Naik pesawat terbang sudah
mirip naik metromini. Om Gerry duduk memangku Om Alex, dan Om Bowa, Om Edo, Om
Nasroen,Om Aswin,Om Daru dan Om lain berdesakan di dekat cockpit....Daku mah
sibuk memandang view dibawah,”Itu TMII tuh, museum tumpengnya kelihatan...eh
itu mall Cililitan en itu tol Jagorawi....Halim disono noh!” aku ngoceh –
ngoceh dengan beberapa Om yang menanyakan tempat2 yang aku lihat. Dari tadi
emang aku udah memantau bawah...biar berasa terbangnya. Masih takjub dengan
anugrah ini nih, soalnya beberapa hari lalu aku kangen naik pesawat terbang en
kemarin malah niat mau beli ticket Deraya Air pulang pergi ke Bandung. Sekedar
pengen menikmati pemandangan dari atas awan. Ternyata Allah mengabulkan
keinginanku dengan semudah – mudahnya.




“Heh...siapin camera tuh untuk motret mereka,” sahut salah satu Om yang
duduk di bangku VIP.”Begitu pesawat touch landing mereka pasti jatuh barengan.
Nah pas jatuh dipotret aja!” Hahaha...




And saat touch landing mereka yang berdesakan di depan pintu cockpit
langsung mencari pegangan sambil nyaris terjengkang – jengkang. Plus teriak –
teriak,”Asyik...asyiiikkk....kok naek F28 kayak naek Hercules yah?” disusul
oleh,”Naik metromini aja nggak kayak gini banget deh.” Atau,”Seumur hidup gue
gak pernah naek pesawat terbang sebebas – bebasnya. Kacau-nya ini pesawat
presiden!”




Teriakan yang duduk juga gak mau kalah,”Gue horn* nih....gue horn*!”
ditambah ada yang teriak,”Org*sm* bareng yuk! Muncrat bareng nih?”




Gawaaaaaattt.......tuh omongan. Nggak sadar kalau ada Adnan, Azka dan Anna
yaa??? Dengan tersipu – sipu konyol daku ngomong ke salah satu Om yang
mengeluarkan kata ‘horny’.”Bukan karena ada gue disini khan?” Hahaha....itu Om
langsung tambah ketawa ngakak.




Dan baru seumur hidup juga daku naik pesawat terbang sambil tertawa
terpingkal – pingkal melihat kelakuan Om – Om itu...Bwahahaha...terpingkal –
pingkalnya sambil landing en take off loh. Kalau di pesawat terbang lainnya
pasti udah diminta pramugarinya untuk bersikap tegap.




Hampir satu jam kami terbang dan berada di dalam pesawat terbang F28 itu.
Benar – benar momen langka. Terbang dengan biaya Rp 50 ribu, naik F28 paling
terawat se-dunia, di-pilotin pilotnya presiden dan para jendral dengan
“kelakuan” yang ngalahin kenek metromini, terbang bersama yang penumpangnya
semua kita kenal,bergaya liar di daerah strick militer
sebebas-bebasnya....kapaaaaan lagiiiiiii????? Bahkan seorang presiden-pun harus
jaim jika berada di pesawat terbang tersebut.




Saat pesawat sudah mendarat dan terparkir...kami malas untuk bangkit. Om
Nasroen mengusap – usap bantalan kursi.”Biar Yusuf Kalla ngerasa-in keringat
gue!” katanya konyol.




Kami keluar dengan muka puas tetapi pengen lagi kalau emang dikasih terbang
lagi. Mengucapkan terima kasih kepada bapak – bapak TNI AU yang hanya bisa
tersenyum – senyum melihat kelakuan kami.




“Jangan kapok ya, Pak!” ujar kami en disambut mereka,”Nggak kapok kok.Justru
kami senang melihat-nya. Kapan2 lagi deh.”














“Hidup TNI AU!” seru kami.





USAI JOYFLIGHT

Semua tidak dapat meninggalkan F28 begitu saja. Dengan sopan kami
“mengusir” Pak Fajar supaya kami bisa berfoto – foto di kursi captain dalam
cockpit. Dipotretnya dari luar. Penuh pengertian Pak Fajar memberi kesempatan
kepada kami untuk berfoto menjadi captain. Hehehe....kelakuan kami mengalahkan
teroris yah, Pak?! Teroris beneran aja nggak bakalan ngusir Pak Fajar dari
cockpit :D




Kami berfoto dengan background yang aneh – aneh. Setelah puas mengutak –
atik F28 kami berpencaran. Aku en beberapa members langsung ke koperasi,
membeli pernak – pernik Squadron 17. Aku membeli emblem Squadron 17 yang
bergambar semua jenis pesawat yang terparkir di sana.




“Pak, emblem ini boleh dipasang dimana saja?” tanyaku. Ngeri dong kalau
daku salah pakai emblem.




“Dimana saja bisa, asalkan di tempat yang sopan.” Jawabnya sambil
tersenyum.




Waaaahhh,,,kalau aku mau iseng bisa beli semua emblem TNI AU, dipasang di
jacket en jacket-nya dipakai buat spotting. Meminimalis resiko kalau spotting
khan???hehehe...




Di depan koperasi Adnan, Azka, Om Gerry, dan salah satu perwira ngobrol2.
Daku ikutan bergabung. Sedang menginterview Adnan rupanya. Kemudian duo Dewi
ikutan bergabung. Beberapa orang TNI AU menawarkan aku untuk ke Flight
Simulator-nya, tetapi aku lihat members IF kok pada gak ke FS-nya yah? Mereka
tengah tekun memotret pesawat2. Aku lari ke pesawat F27 yang tengah terparkir.
Foto aaahhh...sekaligus mau foto di dekatnya ah. F27....Fokker. Beruntung daku
sempat mengutak – atik komponen dan desain Fokker saat di Fakulteit Luchvaart
en Ruimtevaarttechniek Delft.




Angka 27 merupakan tanggal kelahiranku...makanya pengen foto di dekat situ.




“Om, tolong foto-in. Nomer dan tangga pesawatnya kelihatan yah.” Aku
menyodorkan camdig-ku ke salah satu member (aduh Om siapa yah? Daku lupa....)




“Nomer serie sama tangganya aja khan? Orangnya nggak usah?” kata Om itu
ngeledek. Yeee.....:p Setelah mengublek – ublek di F27 aku langsung ke hanggar.
Kali ini Super Puma yang jadi sasaran. Setelah mereka puas berfoto di cockpit
Super Puma, sekarang giliran daku menguasai cockpit Super Puma. Hhmmm,,,ngobrol
panjang lebar dengan salah satu perwira yang juga penerbang. Waaah, dia kenal
sama Mas Affan. Katanya Mas Affan merupakan salah satu penerbang terbaik TNI AU
dan sudah senior. Sekarang Mas Affan sudah Mayor dan sering menjadi instruktur
penerbang di Sekolah Penerbang TNI AU di Jogjakarta. Emang sih dahulu Mas Affan
sudah sering dikirim ke Singapore dan Abu Dhabi. Nggak sia – sianya ortu ngasih
nama “Nurtanio” pada Mas Affan en gak sia – sia Mas Affan ngasih nama “Nadim”
ke anaknya yang lahir di Batam. Ternyata kehidupannya memang nggak jauh dari
pesawat terbang.




Aku lumayan lama duduk di cockpit Super Puma itu. Hhhhmmmm....Om Aswin
sampai “nuduh” daku lagi PDKT neh. Nggak kok, Om....berdiskusi juga nggak.
Justru Anna yang minta di dongengin sama cowok itu. Asyik loh bisa ngobrol di
cockpit sampai lama gituuuu....malah ditawarin terbang lagi pakai pesawat lain.




Anna en Dewi Fit pengen banget terbang naik pesawat lain. Insya Allah naik
Sukhoi-27, biar sama lagi sama tanggal lahir daku :D Hihihi...ke Makasar dulu
dong?




Tiba – tiba kami di suruh berkumpul. Ternyata kami diperkenankan melongok
cockpit Hercules yang baru saja landing. Jangan membayangkan Hercules yang
dalamnya seperti pesawat cargo “tanpa aturan” karena pesawat Hercules yang satu
ini ditata sedemikan rupa. Sudah cantik seperti pesawat terbang commercial.
Kursi – kursinya berjajar rapi. Pesawat terbang itu memakai kursi eks Merpati
Nusantara miliki.. Makanya warna kursinya serba biru ala pesawat Merpati. Kalau
nggak melihat jendela – jendelanya mah nggak ngira kalau ini pesawat
Hercules.Manis banget sih untuk ukuran Hercules. Apalagi sempat ngelihat box
makanan dan 2 pramugari yang anggota WARA. Dewi sempat nyelutuk ke Anna,”Sayang
banget yah cantik gitu dan berpendidikan WARA cuma jadi Pramugari.”
Hehehe..langsung aku jawab,”Yah, barangkali jadi pramugarinya sambilan doang
tuh. Pekerjaan utamanya mah laen lagi.”




Masuk ke cockpit Hercules memerlukan sedikit perjuangan untuk “manjat2”. Ih
lucu, cockpit-nya ada sofa en tempat tidur tingkatnya. Hiii...bisa nerbangin
pesawat sambil tidur2an dong yaaa??? Daku sempat berfoto sambil duduk di kursi
co-pilot. Nggak perlu bergaya di tempat duduknya captainnya deh. Action disitu
juga tetap ajah orang gak percayaaa....hehehe. Toch di Super Puma tadi daku
udah puas jadi captain.




Ketika balik ke hanggar, pesawat F28 yang tadi terbang bersama kami sedang
di-“seret” ke hanggar. Ternyata mau dijadikan background foto bersama kami.




Daku foto maunya dekat Pak Fajar aaaahhhh....centil banget gak seh? :p




Selesai berfoto bersama usai juga acara kami di Squadron 17. Pada “upacara”
pembukaan kami memberikan kartun karya Om Budi (capungterbang) sebagai kenang –
kenangan maka pada “upacara” penutupan kami memberikan kaos Indoflyer.




Kami bersalam – salaman sambil mengucapkan terima kasih. Ternyata kami
masih kelewat betah dan terus melanjutkan acara foto2 dengan memotret F28 di
dalam hanggar. Malah kami berebutan berfoto dengan style “Houmpahpah Look” alias
foto jongkok dibawah sayap pesawat terbang.




“Gue juga mau deh, Wie....” aku juga minta difoto style “Houmpahpah Look” :D
Tetapi jadinya gelap tuh....hiks...




Sebagian besar peserta outing sudah kembali ke bis, ternyata lagi – lagi
“bis aneh’ itu menjadi korban spotting para members. Hihihi....mungkin orang –
orang disitu heran ngelihat kelakuan kami. Beberapa peserta masih asyik berada
di dalam hanggar, walaupun sudah diteriaki oleh Om Eko. Termasuk aku yang masih
asyik melihat sosok F28 yang ada sticker F28-nya.




Merasa nggak enak sudah bolak – balik diteriakin daku jalan menuju bis.




“Berat ya ninggalin itu semua? Rasanya seberat ninggalin pacar ya?” ledek
Om Eko ke Anna. Hehehe....”Beratan ninggalin ini, Om daripada ninggalin pacar.”
Jawabku sambil cengengesan. Huks...tapi emang berat loh ninggalin Squadron 17.
Kapan lagi daku bisa kesini sebebas tadi? Sekalipun daku jadi Nyonya Presiden
atau jadi Presidennya....wah nggak bakalan bisa deh lari-larian dari cabin ke
cockpit Indonesia Air Force. Nggak akan bisa deh ngelus – ngelus roda pesawat
terbang Indonesia Air Force. Bisa geger dunia kalau ibu negaranya lari2an
sambil tepuk tangan saat pesawat terbang :D




Di bus lagi – lagi aku duduk di sebelah Edo.”Dasyat yah, Do? Hanya
limapuluh ribu rupiah. Penerbangan terdasyat yang pernah gue alamin.”




“Wah, yang nggak ikutan outing kali ini bakalan bisa bunuh diri nih kalau
tahu ini semua.”




Bis TNI AU kembali mengantar kami ke parkiran depan masjid Lanud Halim PK.
Tanpa diduga dan daku sangka tiba – tiba ada yang menyodorkan Brownies Kukus
yang besar ke aku.”Tolong dibagi – bagikan dong. Ini dari teman – teman
Bandung.”




Huuuaaaahhh....Alhamdulillah, setelah daku merasa mendapat anugrah terbang
ternyata Allah memberikan “bonus” Brownies buat aku yang beberapa hari ini daku
inginkan. Thanks God.




Di parkiran kami mendapat box Nasi Padang komplit dengan lauk pauknya. Saat
membuka box Nasi Padang tersebut “matematika wanita”-ku segera keluar.”Wi,
masakan Padangnya enak yah.”




“Iya enak banget.Masakan “SEDERHANA” nih.” Sahut Dewi sambil melumat gulai
Ayam yang tadi ditukar sama gulai Ayam punyaku.Aku gak suka ‘paha’,sementara
Dewi lebih suka ‘paha’ dibandingkan ‘dada’, jadinya kita tukeran deh...hehehe.




“Kalau memang pakai “SEDERHANA” paling nggak habis 30 ribu nih kalau kita
sendiri yang beli dengan menu selengkap ini.” Hitungan-ku keluar :D




Dewi mengiyakan. Huiiih....Nasi Padang 30 ribu, Brownies aja bisa
diperkirakan lebih dari 20 ribu (kayaknya daku deh yang makan Brownies-nya
paling banyak :D). Berarti experiences saat outing gratis dong????




Alhamdulillah...anugrah banget deh tuh. Biarin deh daku nggak ikutan Outing
Pertama. Penyesalan gak ikutan Outing Pertama terbayar sudah, selain itu sok
“menghibur diri” aja...toh daku sudah sering terbang pakai 747 – 400. Sementara
peserta Outing 1 tanpa terbang khan? Hihihi...






YANG TERSISA DARI SQUADRON 17

Beberapa sms mengira daku outing di pesawat tempur milik TNI AU. Sekedar
catatan bahwa di Squadron 17 yang VIP-nya TNI AU ini tidak menyimpan pesawat
tempur. Pangkalan pesawat tempur ada di Squadron 3 – 14 – 15 Iswahyudi Madiun (F 16 – F 5) dan juga Hawk
Mk.57. Sukhoi 27 en 30 yang sempat diributin pembeliannya saat ini mangkal di
Squadron 11 Hasanudin. Sementara pesawat imut – imut Hercules (hah?! Apanya
yang imut?) terbanyak ngendon di
Abdulrachman Saleh Malang. Di Halim PK ada Squadron 17, 2 dan 31. Di
Bogor ada Squadron 6 en 8. Di Jogja ada Squadron pendidikan.




So jangan mentang2 dibilang pesawat TNI AU trus yang terbayang pesawat
tempur doang. Buktinya F28 yang kita naikin ternyata lebih kinclong dari
pesawat komersial....




And selama di tempat TNI AU ini daku merasa ada yang daku lihat pada
pandangan yang lain, karena biar bagaimanapun juga almarhum Papi pernah merasakan
nikmatnya bersama TNI AU. Sekamar dengan Rusmin Nuryadin yang akhirnya menjadi
salah satu tokoh penerbang TNI AU. Alasan Papie resign dari TNI AU,”Karena
anaknya banyak....” hahaha...kalau mau cari duit mah jangan jadi perwira karena
pengabdian lebih dituntut kalau mau jadi perwira. Makanya Papie lebih memilih
berwiraswasta, setelah duit terkumpul barulah menjadi pegawai negeri lagi untuk
mengabdi pada nusa dan bangsa.




Ternyata sama halnya dengan bapaknya Adnan yang semula pilot F-5 TNI AU
sekarang pindah ke Qatar.”Sekarang bapaknya duitnya banyak ya, Nan?? Kalau dulu
di TNI AU khan nggak ada duitnya. Jadi penerbang TNI AU nggak bisa dapet duit
banyak.” Begitu ucapan Bapak Dudi (?) di depan koperasi saat kami kumpul.




Ternyata Dewi lebih suka pesawat tempur (TNI AU) dari pada pesawat
komersial, makanya dia semangat 45 banget waktu tahu kita bakalan outing di
Squadron 17. Dewi mau minta supaya outing ke Iswahyudi atau Hasanuddin. Kalau
daku mah apa aja yang bisa terbang seneng bangeeeettttzzz....Lalat terbang aja
daku seneng :p




Tetapi ada rasa puas terbayarkan pada saat outing ini, yakni daku bisa
menengok salah satu “markas” dimana
Panglima Angkatan Udara Laksamana
Udara Roesmin Nuryadin pernah menjadi tokohnya. Di saat Pak Roesmin
Nuryadin menjabat Mentri Perhubungan-nya beliau tidak segan – segan duduk di
garasi mobil Pulo Mas. Padahal saat itu era Soeharto yang jabatan seorang
Mentri terdengar “sakti”, tetapi beliau tetap meluangkan waktunya seharian
menunggu jenazah Papie dan bersedia menjadi inspektur saat Papie dimakamkan.
Saat beliau meninggal dunia....aku nggak bisa melayat karena sedang berada di
New Zealand. Makanya kesempatan ke salah satu squadron 17 ini aku anggap juga
sebagai bentuk “ziarah” ke tempat sejarah beliau.