Tuesday, September 25, 2007

My Motorcycle (Her name is Aura)

Akhirnya ibu mengizinkan daku naik motor. Bukan sekedar naik, melainkan mengendarai. Padahal dahulu Ibu selalu melarang daku naik motor, baik mengendarai maupun dibonceng. Waktu di Bali aku sempat punya SIM C, tetapi sampai SIM C tersebut kadaluwarsa daku tidak pernah sekalipun mengendarai motor. Waktu itu bikin SIM C karena rencana beli Kymco, kalau di Bali lebih praktis mengendarai motor kalau bepergian.

Beberapa kali Ibu membelikan mobil untuk aku kendarai, tetapi...dasar males, daku nggak betah nyetir mobil di Jakarta yang pesaingnya angkot dan metromini. Sopir – sopir itu kalau bawa kendaraan khan sudah seperti orang kebelet “kebelakang”. Selain itu, muuuuaaaccceeettt dan males banget cari parkir! Valet parkir di EX aja waktu itu Rp 28.000 ,- belum termasuk tips petugasnya, mendingan daku naik taksi ajah bisa duduk santai sambil ndengerin musik. Apalagi sejak bulan April 2007 daku hobby banget naik TransJakarta. Wuuuiii,,,nikmat banget, murah meriah, nggak macet dan adem! Memang terkadang di jam tertentu naik-nya rebutan, tapi daku nikmatin aja-lah. Masih lebih berdesakan nonton konsert kok! Selain itu 2 tahun belakangan ini daku khan punya banyak “sopir”...hahaha...maksud-nya teman-temanku yang cowok dan dengan berbaik hati mengantar jemput diriku. Mereka bilang,”An, nggak usah bawa mobil-lah! Kita searah, jadi biar gue aja yang buang bensin!”. So setiap saat daku ganti-ganti mobil deh...hehehe, hari ini Trajet, besok Jazz, besoknya lagi Crown, lusa Picanto, trus Innova, dilanjut Altis, Serena or Alpard dan Aerio. Sopirnya ganti – ganti pula. Kalau pas acara keluarga juga khan kakak-kakakku dan sopirnya yang bawa mobil. Cuma kalau nonton konser ADA Band aja daku naik taksi (or minta anterin keponakan)...hihihi...kalau minta anterin teman-teman cowok gak enak hati-lah! Bisa melongo mereka kalau lihat daku jingkrak-jingkrak. Jaim-lah!

Sampai akhirnya Ibu “putus asa” nyuruh-nyuruh aku nyetir mobil ndiri. Tugas manasin mobil setiap pagi aja sering absen daku kerjakan. Tetapi untuk jarak dekat aku seneng banget naik sepeda genjot, antara lain ke bank, lapangan tenis, mesjid atau cari makanan keliling perumahan. Melihat aku beberapa kali naik sepeda, akhirnya Ibu “nyerah”, saat PRJ kemarin beliau beli motor. Aku sudah pesan kalau sepeda motor tersebut mau aku gunakan maka harus sepeda motor cewek, yakni : Mio atau Vario. Syarat lain sepeda motor tersebut hanya boleh aku yang menggunakan! Iya dong supaya bisa kepantau kalau ada hal yang nggak beres (mudah-mudahan sih nggak!). Eh atas “desakan” kakakku yang mengantar ke PRJ ternyata Ibu justru beli Suzuki Spin yang CC-nya lebih besar daripada Mio dan Vario.

Tanggal 15 September 2007, setelah nongkrong di rumah kakakku (nggak dipakai, karena dengan pelit-nya aku udah mengancam orang yang berani menggunakan motor tersebut!) my new Suzuki Spin diantar ke rumah Pulomas. Kebetulan Sekar sedang ulang tahun, jadi pada ngumpul dan buka puasa bersama di Pulomas. Kakakku bawa mobil dan motor juga...hehehe...Thanks ya, Mas Ferry! Malam itu juga daku belajar motor , diajarin Fajar. Keliling belakang rumah! Asyyyiiiiikkk...sebentar lagi daku bisa mondar – mandir ke Kelapa Gading sendiri deh. “Mbonceng” Fajar lumayan berat euy! Aduh, dia ngajarin apa minta bocengin seh??? Tinggi badan doski aja 180 cm, berat badan juga lumayan berat tuh. Tetapi dengan nikmat-nya malam itu daku belajar mengendarai motor sambil nyanyi....”Kau Auraku...Suzuki Spin”. Yeeeaaahhh....motor ini daku beri nama : AURA. Hihiihi...asli deh, daku nggak sengaja loh dibeli-in ini, bukan karena yang nyanyi di iklan-nya si Donnie. Daku khan justru minta yang lain.

Tetapi seperti-nya daku nggak akan terus menerus naik motor ah. Jujur aja, dahulu daku alergi berat naik kendaraan umum. Inget banget dahulu waktu SMA sopir telat njemput, waduh pasti aku ngomel panjang lebar dan ngoceh,”Dipikirnya aku mau naik bis apa metromini??? Ooooggggaaaahhh...bisa – bisa aku panu-an kalau naik bis!”. Sekarang sih memang masih ogah naik bis, dan metromini juga masih males, walaupun nggak “alergi” seperti dulu. Waktu itu “iseng” naik kendaraan umum karena ingin memperkaya wawasan sehingga mendapat banyak referensi tulisan. Tapi sekarang kasihan juga dengan sopir taksi, bajaj dan angkot kalau aku terus menerus naik kendaraan pribadi. Kalau naik motor memang tidak seboros naik mobil, bahkan mengendarai motor sendiri lebih irit banget tetapi dengan naik taksi dan bajaj, daku khan bisa beramal sambil memberi sebagian rezeki ke sopir – sopir itu.

So AURA, kamu akan aku pakai saat aku sedang mau ngirit aja yaaa.....Pokoknya kalau hanya Kelapa Gading – Pulomas – Rawamangun daku pakai kamu deh kalau pergi-nya hanya dengan satu teman. Ntar distop polisi kalau lebih dari satu temen!

Catatan Naik Taksi Buat-ku : (Berpikir positif aja-lah, jangan paranoid. Nasib orang nggak selalu sama!)

-    Tidak memberhentikan taksi lain jika ada taksi yang berhenti di depan kita. (Kasihan khan...ntar bisa-bisa mereka berantem rebutan penumpang. Lagipula jaga perasaan-lah!)

-         Jarak dekat (s.d 5 kilometer) tidak pilih – pilih brand taksi. Terserah tarif lama atau tarif baru.

-         Jarak sedang (s.d 10 kilometer) tarif lama, brand taksi bebas.

-         Jarak jauh ( lebih dari 10 kilometer) pilih 2 brand taksi (Initial-nya “P” atau “E”). Karena tarif murah dan aman.

-     Kalau kelamaan nunggu 2 brands taksi yang disebutkan diatas, maka taksi apa saja asalkan masih bagus dan naik taksinya (minimal ber-tiga) dengan teman.

-     Kalau naik taksi “Sepakat” nomer body : 002 sih nggak pakai mikir lagi. Pasti langsung naik karena dijamin daku kenal banget sama sopirnya!

-         Jangan nyuruh sopir taksinya ngebut!

Thursday, September 20, 2007

Warung Mbah Jingkrak

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Other
Location:Jln Bulungan Raya 26 Jakarta Selatan
Kasih 3 bintang aja deh lantaran nih warung bener-bener bikin daku jingkrak-jingkrak karena kelamaan nunggu order makanannya. Secara suasana dan makanan ini warung bisa daku kasih bintang 4 atau bintang 5 untuk deco Jawa-nya yang keren itu. Nikmat aja lihat deco resto yang Jawa banget full dengan wayang2, meja kursi plus gebyok-nya di tengah kota Jakarta yang sok international gini. Apalagi model bangunannya sangat membuat daku rindu akan kampung halaman.
Hari ini (20 September 2007) daku buka puasa berdua Wati di resto yang diresmikan bulan December 2006. Warung cabang dari Semarang Jawa Tengah ini menyajikan menu dengan nama yang tidak lazim, misalnya : Es Buaya Darat. Sedangkan sore itu daku memesan : Teri Buto Ijo dan Pitik Rambut Setan. Menu Teri Buto Ijo porsi-nya bisa buat 2 orang dengan harga Rp 10.000,- belum tax. Pedes! Ini masakan Jawa or Padang seh???!! Pakai cabe rawir utuh.Kalau Ayam Rambut Setan, ayam yang di-steam dengan beberapa daun dan cabe merah, harganya Rp 12.727 ,-/belum tax. Sementara Wati juga pesan 2 menu yang daku tidak mengerti namanya.
Masakan ala rumah dengan harga yang lumayan murah.Disajikan-nya seperti prasmanan di atas grobog dan meja besar. Kira'in sih boleh ambil sendiri, tp ternyata kita pesan dan diambilin.Trus dipanasin dulu deh. Ini yang bikin daku kesel karena ngelayanin-nya lama banget. Bukannya pengen mati lemes karena bedug Maghrib telah berkumandang beberapa menit lalu, tp justru daku jingkrak2 kesel lantaran pelayanannya lemot banget! Mbok ya yang gesit kenapa toh, Mas - Mbak???? Konsumen udah melongo2 lama kok masih sibuk ndiri? Kerja-nya yang terorganisir dan sistematis gituh loh....padahal khan petugas yang mengenakan batik itu banyak banget!!!
Waktu pesenan datang kami juga gak dikasih sendok, padahal kami udah minta.Akhir-nya daku terpaksa gerilya ndiri nyari garpu dan sendok.
Dengan perut kenyang dan hanya mengeluarkan uang Rp 50 ribuan kami berdua,...ya termasuknya murah meriah deh! Murah aja kok minta pelayanan bagus seh!?? ;-p

* sumber poto : blog waregbanget