Friday, August 29, 2008

Aksi Bersih WWF




AKSI BERSIH GEDE PANGRANGO WWF INDONESIA
Saya pikir siang itu Gede Pangrango mendapat kehormatan didatangi oleh sekitar 50an pemulung dari kota. Para pemulung yang dengan sukarela memunguti sampah diseputaran air terjun Cibeureum yang terletak 2,9 kilometer dari balai Taman Nasional Gede Pangrango. Balai Besar yang baru setahun diresmikan oleh Menteri Kehutanan K.S Kaban.
Anna turut menjadi pemulung bersama WWF Indonesia. Jam 8 pagi kami start dari depan kantor WWF Indonesia di Kawasan Mega Kuningan. Anna duduk di bus rombongan di deretan paling depan bersama Ulfah, sesama kordinator Bumiku Satu nih. Pasang ancang – ancang duduk paling depan dan dekat jendela supaya bisa dengan tenang menikmati perjalanan, eh ternyata selama perjalanan kita tidak bisa duduk dengan “tenang”. Semua harus berpartisipasi ikutan games yang diadakan oleh panitia. Biasanya Anna tuh suka pusing kalau dalam perjalanan “pecicilan”, tapi Alhamdulillah kali ini tidak tuh. Walaupun kelompok Anna kalah melulu dalam games tersebut, sampai dituduh bahwa kelompok ini adalah beranggotakan anak – anak tidak peka panca indra sekaligus autis. Bodo’ ah emangnye daku pikirken! Semua orang juga ngerti kalau daku autis...hahahaha....
Dikarenakan di Ciawi kami terkena macet, jadi kami sampai di Cibodas pukul 11. Langsung deh kami coffe break, minum teh , bandrek plus cemilan khas Indonesia – ubi/ketela rebus and getuk. Hhhmmm....nikmatnya!
Peserta dibagi dalam 5 kelompok. Anna dan Ulfah masuk kelompok 4 bersama 3 murid SPH alias Sekolah Pelita Harapan. Peserta memang banyak yang masih sekolah, mereka datang berkelompok – dari Sekolah Pelita Harapan dan BINUS High School. Pokoknya pemulung kali ini benar – benar elit deh! Dan banyak diantara mereka yang membawa DSLR lengkap dengan lensa-nya yang kalau ditotal berharga puluhan juta. Gaya mereka membawa SLR tersebut cukup prof, gak sekedar terlihat orang yang berduit tapi sok punya-punyaan tapi bingung makek-nya.
Perjalanan dimulai setelah kami menciptakan yel yel masing – masing kelompok, en foto-fotoan, mumpung tampang pada belum jelek – jelek banget! Yang pasti foto kita bakal ke-publish sampai keluar benua dong. Minimal ke network WWF ...hehehe....
Trekking 2,9 km (2 x pp = hampir 6 km)di tengah hutan dengan jalan setapak menanjak bukanlah hal yang mudah bagi mereka yang biasa sekolah di sekolah elit, tapi mereka tetap berjalan tanpa mengeluh. Ketakutan sama tawon hutan dan teriak – teriak manja sih hal yang wajar-lah. Kami beristirahat makan siang di Telaga Biru. Bravo deh kalau WWF Indonesia punya acara. Segala hal persiapannya mantap, termasuk kordinasi sampah bekas makan siang. Sedikitpun tak ada sampah yang kami tinggalkan.
Di jembatan kayu kami sempat berhenti untuk berfoto ria. Anna dan Ulfah sempat diminta foto bersama dengan beberapa cowok Arab. Anna pikir mereka minta tolong supaya Anna dan Ulfah memotret mereka, ternyata mereka minta kami berfoto bersama mereka untuk ditunjukkan ke orang – orang di negaranya, di Saudi Arabia. Haaaahh???!! So dengan tampang pasrah daku berpose bersama mereka. Setelah itu Anna bilang ke Ulfah,”Fah, nanti di Arab mereka bilang loh kalau ini adalah foto istri2 kontrak kami di Indonesia!”
Serentak Ulfah loncat – loncat panik. Anna ketawa aja ngelihat dia yang panik gituh.”Berpikir positif aja ah...” Ulfah sok menghibur diri. Iya deh, Fah.
Sampailah kami di air terjun Cibeureum. Istirahat dan berfoto sejenak, kemudian ....ACTION!!! Kami mulai memunguti sampah-sampah yang ada disana. Kebanyakan sampah kecil yang menurut pembuangnya adalah tidak mengganggu lingkungan. Misalnya : sobekan dan bungkus permen, sisa puntung rokok, segel minuman mineral dan sedotan! HARAP DIKETAHUI : Jagalah harga diri Anda dengan tidak membuang sampah “kecil” sembarangan. Hal yang kelihatan sepele itu sangat mempengaruhi kerusakan bumi yang diciptakan-NYA untuk kita semua. Alam bisa hidup tanpa kita, tetapi kita tidak dapat hidup tanpa Alam. Aksi bersih Gede Pangrango sudah dimulai sejak tanggal 1 sampai tanggal 10 oleh berbagai lembaga/organisasi, jadi dapat dibayangkan mereka yang “kebagian jatah” membersihkan sampah saat hari pertama. Konon sampah bermerek menebar mengalahkan merek yang ada di supermarket.
Aku mencintai alam ini karena alam ini diciptakan oleh Maha Tunggal yang aku cintai dan DIA juga mencintaiku.
Beribu – ribu salut melihat adik – adik dari SPH dan BINUS yang secara tingkat perekonomian sangat berada (Pendaftaran en bayaran sekolah perbulannya aje berape? ;-)) tanpa keluh memunguti sampah yang berserakan, bahkan hingga pinggir – pinggir “jurang”.
Sore menjelang kami turun. Beberapa diantara kami merasa nyeri di kaki, termasuk daku yang sejak awal sudah lecet. Tetapi kami benar – benar senang dan menikmati aktifitas ini. Membersihkan alam dengan ACTION nyata. Kompak bekerja tanpa aneka meeting, bahkan kebanyakan diantara kami baru mengenal saat itu.
Menjelang Maghrib kami sampai di Balai Taman Nasional, semuanya langsung berbelanja strawberry, cherry, dan aneka barang dagangan yang dijual oleh penduduk setempat. Tidak ada kesan tawar menawar dengan gaya ngotot karena sepertinya mereka membeli semuanya karena (salah satunya) berbagi kebahagiaan dengan para penjual yang ada disana. Beberapa diantara kami pulang dengan kendaraan pribadi yang menjemput mereka.
Kami tiba dengan selamat di Kawasan Mega Kuningan – depan Kantor WWF Indonesia pukul ½ 9 malam. Sampai ketemu di program berikutnya!

Monday, August 25, 2008

Jihad Terlarang : Cerita Dari Bawah Tanah

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:Mataharitimoer
Kalau beberapa bulan lalu aku disodorin buku ini untuk dibaca pasti aku membacanya akan memerlukan waktu yang lama, tapi tidak kali ini. Buku ini aku lahap hanya beberapa jam saja, itupun sambil mengerjakan tugas yang lain. Kalau nonstop, mungkin sekitar 2 jam sudah aku selesaikan.
Novel ini asyik, based on true story mantan aktivis Islam garis keras lebih dari 10 tahun. Menurut Herawatmo dari Rakyat Merdeka Online gaya penulisan dan isi novel membuatnya patut disandingkan dengan Atheis-nya Achdiat K.Mihardja...Sungguh Dasyat! Sayang kalau buku ini hanya dinikmati kovernya saja... (Wah, aku belum sempat membaca Atheis,tapi memang buku ini sayang kalau dinikmati kover-nya saja yang justru terkesan “sangar”)
Setelah membaca novel ini maka semakin-lah aku terhadap kelompok ini. Penulis novel ini memaparkan dari awal hingga ia keluar dari kelompok pergerakan underground yang mempunyai tujuan makar terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dijelaskan bahwa beberapa puluh tahun lalu pergerakan ini memiliki tujuan yang baik, namun perpecahan terjadi (dan dimanapun yang namanya oknum selalu saja ada selama kita masih berada di dunia) dalam tubuh pergerakan bawah tanah ini yang mengakibatkan pergerakan ini menjual agama demi kepentingan pribadi para pemimpinnya. Hingga tujuan pergerakan saat ini sudah tidak murni lagi, bahkan cenderung menzhalimi orang di luar kelompoknya. Salah satu kezhaliman yang mereka lakukan adalah menganggap orang yang belum bershahadat disaksikan kelompoknya masih kafir. Wanita dapat menikah tanpa wali apabila wali-nya belum masuk dalam kelompok ini. Suatu hal yang melanggar rukun nikah dalam Islam bukan? Kezhaliman yang mereka lakukan juga dengan mengatakan bahwa sepasang suami istri masih melakukan zinah apabila “hanya” menikah di KUA – bukan di Lembaga Munakahat, lembaga pernikahan kelompok mereka.(Dari sini juga aku jadi inget peristiwa di Jogjakarta, waktu aku naik taksi tukang taksinya bilang kalau tetangganya berjilbab banyak yang hamil diluar nikah. Bikin muka daku panas dengarnya. Sekarang aku ngerti deh, bahwa mereka mungkin sudah nikah tapi di Lembaga Munakahat ini – bukan di KUA sehingga tidak ada orang lain yang mengetahui, termasuk keluarganya yang bukan kelompok ini! Hiiii...salah satu “manfaat” menikah khan menghindarkan fitnah, kok malah menciptkan fitnah gini seh?)
Royan, tokoh utama novel ini tergambar kritis dan cerdas walaupun tidak berpendidikan tinggi. Barangkali hal tersebut refleksi dari kegemaran membaca yang dibiasakan oleh ibu-nya. Walaupun menyimpan trauma, tidak ada kesan Royan menjelek – jelekkan kelompok ini, namun tetap ia menyatakan bahwa banyak penyimpangan ajaran Islam dalam kelompok ini, dan itu dapat diketahui apabila orang yang masuk di dalamnya kritis dan cerdas.
Kelompok bawah tanah yang sejak dulu gembar gembor ingin menggulingkan kekuasaan Orde Baru (khususnya Bpk Soeharto), namun saat Presiden ke-2 RI lengser di bulan Mei 1998 tidak ada satu tokoh dari kelompok bawah tanah ini yang terlihat oleh Royan. Padahal menggulingkan pemerintahan yang thagut (maksudnya RI) merupakaan “tema utama” pergerakan ini.
Halaman 363: “Yang membuatku masih terus bertanya – tanya adalah, hingga saat ini mereka masih eksis dengan rutinitas pergerakan yang tak pernah berubah.Entah apa yang sekarang menjadi tema perjuangan mereka. Mungkin para pemimpin sakralnya saat ini sedang sibuk mencari dalil dan dalih agar “sumber kehidupannya” tak punah dan tak ditinggalkan oleh semua kader – kader itu mengetahui dengan siapa sebenarnya mereka berpetualang, dimana sebenarnya mereka berkubang........
Yang pasti buku ini sangat perlu dibaca oleh para mahasiswa/mahasiswi yang sedang menjadi jati diri dan kebenaran hakiki agar kuat memiliki pegangan jika ada orang dari kelompok ini yang “menghujani” mereka dengan ayat – ayat Al Qur’an namun hanya demi kepentingan kelompok mereka.

Beberapa endorsment pada buku ini

Novel yang sangat menarik! Kisah aktual dari dunia yang penuh misteri, ganas,eksklusif, mengatas namakan Tuhan – sebuah perbuatan yang berlawanan dengan ruh Al Quran tenatng cara damai dan beradab dalam mencapai sebuah tujuan...
-Ahmad Syafii Maarif, Sesepuh Muhammadiyah

Makna jihad yang sering dipahami dengan salah kaprah oleh banyak orang dibongkar dengan unik oleh Mataharitimoer.
-Enison Sinaro, Sutradara Film Bom Bali Long Road To Heaven

Baru kali ini ada sebuah buku yang memaparkan kehidupan seorang manusia yang sangat tersembunyi.
-Alchaidar, Mantan Aktivis NII (Negara Islam Indonesia

Novel ini membuka tabir sebuah gerakan yang mengklaim kebenaran hanya ada dipihaknya.Sungguh menggugah.
-Herry Muhammad, GATRA

Membaca novel ini akan menambah wawasan bagaimana serunya pergolakan dalam sebuah harakah (gerakan)
- Fauzan Al-Anshari, Juru Bicara Majelis Mujahidin Indonesia