Thursday, January 31, 2008

Warso Farm dan Bumbu Desa




Warso Farm, Kebun Durian di Desa Cihideung Kec.Cijeruk. Beberapa waktu lalu kami sekeluarga berkunjung kesana. Cuma kebagian 1 duren! Pengunjung ramai bangeeeettt......
Sepulang dari sana kami kelaparan, akhirnya mampir makan di Bumbu Desa Kedai di Bogor. Review resto-nya Anna tulis di MP yang satu lagi....
Anna tulis ulang deh disini....

Satu lagi resto khas Indonesia daku coba. Kali ini menghidangkan masakan khas Sunda. Beberapa kali mendapat penghargaan dari Java Kini menjadi The Best Sundanes Restaurant. Tanggal 16 Oktober kami mampir di salah satu cabang Bumbu Desa Kedai yang berada di kota Bogor. Tepatnya di Jln Pajajaran Bogor.Resto cabang Bogor ini baru dibuka 15 September 2007.
Jam 15 siang kami sampai dan masih banyak pengunjung yang sedang menikmati makanan. Kami dipersilakan menunggu sejenak agar para petugas resto dapat menyusun meja dan kursi yang akan kami pakai (Berhubung kami datang 20 orang tanpa reservasi). Tak lama kami dipersilakan masuk dan duduk di “teras” luar samping tanpa AC. Rombongan kami duduk menunggu,hanya Mas Tunggal, Mbak Rita en daku yang menuju makanan – makanan yang dihidangkan berderet di ruangan utama resto tersebut.
Desain resto agak minimalis. Sebenarnya nggak 100% traditional, tetapi menunjukkan Indonesia banget, karena di hampir setiap dinding terdapat foto – foto besar kegiatan masyarakat traditional Indonesia, misalnya : foto proses pembuatan gula merah oleh penduduk desa Indonesia, para nelayan di satu desa Indonesia yang sedang turun ke laut hingga memperoleh hasil tangkapannya, kegiatan di jalan seperti becak – sepeda ontel, dll. Khas suasana masyarakat pedesaan namun disuguhkan dengan gaya gak murahan. Top banget!
Makanan berderet dengan menu Sunda yang hampir lengkap.Saat itu kami memesan ati ampla, usus ayan goreng, ayam bumbu desa, paru goreng, ayam bakar, gurame goreng cobek, tempe goreng,perkedel jagung, tumis genjer,jamur merang,tumis cumi sotong,petai goreng/rebus, tumis paria, pepes tahu, udang goreng tepung, sayur asem, cumi goreng, pepes nasi plus masing – masing mendapat jatah nasi liwet teri yang gurih. Lumayan banyak khan menu-nya, padahal menu yang kami pesan belum ada separuh dari menu yang tersedia. Kami memang mengordinir pesanan, makanya hanya Anna, Mbak Rita dan Mas Tunggal yang memesan makanan. Kalau semua memesan...wah bisa kalap tuh pesanan 20 orang. Dengan jumlah porsi sekitar 1 sampai 9 porsi (paling banyak Ayam Bumbu Desa yang 9 porsi) plus nasi liwet 28 porsi dan minuman 32 Es Teh Manis + 8 Es Teh Tawar + 1 juice Alpukat maka total yang harus kami bayar Rp 852.885 ,- (Nggak terlalu expensive-lah buat resto yang “rating”-nya masuk ‘the best’ Java Kini.)
Bumbu Desa Kedai ini dalam waktu dekat akan membuka cabang di Kelapa Gading...cihuuuy dekat rumah!

*** Catatan buat mengingatkan diriku pribadi :
Kami ke Bumbu Desa seusai berkunjung ke Warso Farm, kebun duren di Bogor yang lagi sering diliput media.
Ke Bogor dalam rangka liburan lebaran dengan menggunakan 3 mobil keluarga, terdiri dari :
Yang di mobil APV : Gege, Arun,Kany,Aril,Dian,Anna,Fajar dan Sony.
Yang di mobil Vios : Ibu,Mas Sentot,Mbak Naning,Mbak Wien.
Yang di mobil Tavera : Mas Tunggal,Mbak Rita,Mbak Lien,Sekar,Seno,Dimas,Bimo,Asti.

Keluar dari Bumbu Desa kami rombongan APV dan Tavera sempat mampir di Macaroni Panggang untuk membawa pulang macaroni schotel yang ngetop pisan itu, tetapi kami harus menunggu lebih dari 1 jam. Nggak-laaahhh yaaaa....mendingan balik ke Jakarta langsung ajah dah, meskipun sesungguhnya daku lagi pengen banget makan macaroni ala MP.


http://kansas57.multiply.com/reviews/item/6

The Suite Life of Sekar

http://sekar-2008.blogspot.com
Blog-nya Sekar, Penulis 'I Love Cooking'.

Monday, January 28, 2008

Astana Giribangun Suatu Hari

Astana Giribangun suatu hari di tahun 1999, aku turun dari mobil Corona setelah melewati jalan dari Jebres Solo ke area di kawasan Karanganyar ini. Dari parkiran suasana sunyi siang itu, mirip kompleks makan tak pernah dikunjungi peziarah. Memang sebenarnya disanalah kompleks pemakaman. Di dalam sana jasad first lady Indonesia terlama terbujur di tempat tidur abadi-nya.

Tak mantap aku berjalan menyusuri area parkir yang hanya diparkiri oleh mobil kakakku dan beberapa sepeda motor. Aku dan Mas Sentot menghampiri posko yang ada di dekat sana. Beberapa petugas menyambut kami dengan kehangatan khas Jawa. Aku hanya ingin melihat area makam first lady Indonesia yang ketika meninggal dunia saat aku sedang berada di New Zealand sehingga atmosfer duka tidak terlalu aku rasakan, justru aku merasa atmosfer duka saat Lady Diana meninggal dunia. Membayangkan bisa masuk ke area pemakaman pada saat itu?? Ah rasanya kesempatan itu tipis karena aneka berita mengenai ketatnya menyentuh area yang berkaitan dengan keluarga presiden negeri ini ke 2.

Aku juga pernah mendengar betapa “sulit”-nya kita diperkenankan masuk ke area Astana Giri Bangun. Oleh karena itu aku sempat tidak menyangka petugas disana menyambutku dengan ramah dan sopan. Mereka menawarkan aku masuk ke area pemakaman tersebut. Tentu saja tawaran itu tak kutolak. Selama masuk ke bangunan utama petugas pria berpakaian safari itu bercerita kepada kami (Aku, Mas Sentot, Mbak Naning, Asti, Ariel). Petugasnya ada 2 orang, dan salah satu-nya sepertinya khusus “mendampingiku”.

“Disini biasanya peziarah duduk menunggu giliran untuk masuk ke area pemakaman. Sebelum masa reformasi banyak sekali pengunjung hadir setiap hari, bahkan untuk masuk ke kompleks mereka menunggu giliran berjam-jam. Sedangkan sekarang hanya Mbak saja yang berziarah...” Bahkan banyak juga peziarah yang sampai menginap di sekitar kompleks Astana Giri Bangun sebelum masa reformasi tahun lalu. Setelah lengsernya Bapak Soeharto seakan banyak orang “takut” untuk datang ke area tersebut.

Bangunan utama, khas Jawa yang didalamnya terdapat jasad Ibu Hartinah telah dihadapanku. Aku memasuki pelatarannya yang dipagari oleh pagar tembok dan menapaki tangga sehingga kali ini dihadapanku pintu kayu berukir tertutup dan terkunci.

“Di dalam sini Ibu Tien dimakamkan?” tanyaku, dan disambut anggukan petugas dengan sopan.

“Mau masuk, Mbak?” lagi-lagi petugas tersebut menawarkan kepadaku. Aku terkesima. Bukankah yang aku dengar aneka prosedur harus dilalui untuk bisa “menyentuh” apapun yang berhubungan dengan keluarga Cendana??

“Boleh?”tanyaku lagi, kurang yakin sambil menatap petugas tersebut dan pintu berukir bergantian.

Petugas itu mengangguk.”Sebentar, kuncinya diambil dulu.” Kemudian petugas tersebut menyuruh petugas yang lainnya mengambil kunci dan meminta izin ke petugas yang tidak berada di dekat situ.

Aku melepas pandangan ke sekitar bangunan utama. Senyap, namun ada damai yang bukan kesunyian hati. Beberapa menit petugas yang tadi mengambil kunci membuka pinta besar berukir itu.

“Mari...silakan.” petugas yang satunya mempersilakan kami masuk dengan sopan, sedikit membungkuk dan mengarahkan tangannya ke arah nisan yang berjejer. Seingatku ada 2 – 3 nisan berjejer. Aku tidak ingat persis. Yang aku ingat hanya nisan makam Ibu Tien dan Ibunda Ibu Tien yang kedua fotonya terpampang jelas di dekatnya. Sedangkan disisi makam Ibu Tien ada jeda yang menurut petugas itulah pusara yang dipersiapkan untuk Bapak Soeharto, walaupun belum ada kepastian apakah mantan presiden kita itu dimakamkan disana atau di makam pahlawan.

“Assalamualaikum...” Perlahan aku sentuh nisan Ibu Tien dengan lembut, kemudian sejenak melantunkan doa kepada Allah SWT. Kami sempat berfoto dengan latar belakang nisan beliau (Yang sayangnya foto tersebut sepertinya hanyut/rusak saat rumahku kebanjiran). Kembali sejenak aku memperhatikan sekeliling area makam tersebut sambil menunggu Mas Sentot dan Mbak Naning mengobrol dengan petugas lainnya. Petugas yang mendampingiku kembali bercerita. Ada kalimat tersirat yang aku tangkap bahwa dana pembangunan area makam tersebut bukan berasal dari dana masyarakat seperti yang dituduhkan oleh orang-orang yang berlawanan dengan Bapak Pembangunan tersebut. Aku menanggapi dengan anggukan karena hanya ada pikiran positif yang melewati benakku.

“Suatu hari Astana Giri Bangun akan dipadati oleh peziarah. Akan banyak masyarakat yang berdoa kembali disini seperti sebelum era reformasi, walaupun entah kapan....” tuturku dalam hati dengan yakin. Beberapa bulan kemudian ibu-ku datang berziarah kesini, dan Astana Giri Bangun masih sunyi sepi.

 

Jakarta 9 tahun kemudian tertanggal 27 Januari. Pukul 13:35 aku menerima sms dari Yuli, ~ Breaking News : Inalillahi Wa Innalillahi Ra’jiun.Pak Harto telah Meninggal dunia jam 13.10 ~

Yuli, teman menonton konsert musik mengirimkan kabar tersebut. Aku membalasnya dengan 1 kata : ~ Serius???~

Kemudian handphone-ku yang lain berbunyi. Mbak Wien menegaskan berita tersebut. Langsung aku mengabari ibu dan menyalakan televisi. Begitu menyalakan televisi yang tersorot langsung salah satu teman papie yang beberapa  minggu lalu ibu berkumpul di rumahnya di Kebayoran.”Bu, itu Pak BBB dan Ibu DDD!”. Teman seperjuangan orang tua-ku itu masuk ke dalam mobil hitamnya dan tak berlama-lama di RSPP (Ternyata beliau langsung menuju Solo, karena saat pemakaman beliau terlihat hadir dan datang terlebih dahulu daripada jenazah)

Tapi tak lama aku melihat tv karena aku sudah ada janji dengan temanku untuk bertemu siang itu. Malamnya aku melanjutkan menyaksikan siaran televisi, siaran dan liputan mengenai wafatnya mantan Presiden Soeharto. Sebenarnya mau melayat, tapi daku pikir pasti banyak banget pelayat. Berdoa dari rumah aja deh...

Malam itu juga di televisi aku menyaksikan salah satu kerabatku yang juga tokoh kontroversi reformasi sudah berada di bandara Adi Soemarmo Solo pada pukul antara 20 -22. Kerabatku itu akan diwawancara oleh wartawan namun beliau hanya melambaikan tangan dan masuk ke mobil yang menjemputnya. Baru kemarin ibu mertua-nya menelpon ke rumahku. Tebak ndiri ya siapa beliau. Gara-gara kekerabatan dengan istri-nya maka aku pernah digosipkan juga kerabat first lady Indonesia asal Solo ini. Aku ngotot ke teman yang “bergosip” itu bahwa istri si tokoh yang juga kerabatku ini tidak dekat hubungan darahnya dengan Ibu Tien.

Penuturan dalam hati-ku 9 tahun lalu mewujud. 28 Jan. 08 di televisi aku menyaksikan detik-detik terakhir jasad ‘big man’ Indonesia itu masuk ke dalam tanah yang 9 tahun aku sentuh. Kembali seperti 10 tahun yang lalu, ribuan tokoh dalam dan luar negeri serta masyarakat berada di Astana Giri Bangun. Mereka berdoa, mengantar kepergian Sang Jenderal Besar.

 

SELAMAT JALAN, BAPAK PEMBANGUNAN
Semua orang mengerti bahwa beliau adalah tokoh besar Indonesia. Ketika beliau masih menjabat sebagai orang nomer satu ibu pertiwi aku pernah mengirimkan ucapan ulang tahun kepada beliau. Beliau berzodiak sama denganku, Gemini. Tanggal lahir kami berselisih 11 hari. Oleh karenanya aku “iseng” mengirimkan ucapan ulang tahun itu di hari ulang tahunku. Kartu balasan yang beliau kirim ke aku benar-benar membuatku tersenyum lebar. Senang rasanya mendapat ucapan terima kasih dari seorang presiden. Padahal aku hanya masyarakat yang belum beliau kenal dan masih sekolah. “Kenangan” lain dengan beliau adalah saat aku dan teman-teman sekolah bernyanyi dalam aubade di Senayan. Beliau menghadiri acara Hari Sumpah Pemuda.

Bertambah lagi foto orang yang sudah menghadap-NYA berada di rumahku. Di dalam lemari kaca rumahku masih tersimpan foto Bapak Soeharto dan Ibu Tien yang diantarkan oleh ajudannya ke rumah keluarga kami. Ketika itu kakakku yang masih kuliah mengirim surat kepada beliau, kemudian 2 petugas kepresidenan datang ke rumah kami, mengantar surat dari Presiden Soeharto dan foto beliau bersama istri. Kata kakakku Pak Harto menasehatinya agar kakakku rajin belajar dan menjadi anak yang berguna bagi bangsa. Sekarang kakakku itu menjadi jaksa di Kejaksaan Agung.

Selamat jalan, Bapak Pembangunan yang dengan senyum tulusnya mengisi hari kemerdekaan Indonesia, memperhatikan progress kaum petani, menjunjung tinggi budaya Jawa dan kerukunan beragama. Semoga jasa-jasamu diterima oleh Allah SWT sebagai amal baktimu kepada-NYA dan kesalahanmu menjadi hikmah serta mampu mengantarkan hidayah kepada masyarakat Indonesia lainnya sehingga Allah SWT mengampuni segala kesalahanmu itu. Aku sebagai masyarakat Indonesia hanya mampu memaafkan sebagai manusia kecil....

Keharuan itu menyergap ketika upacara militer berpadu upacara Jawa membaur dari Astana Giri Bangun. Semoga akan ada lagi tokoh yang dapat memadukan ketegasan militer dan kelembutan Jawa seperti beliau. Ya Allah...lindungi dan rahmatilah negeri kami ini.....

Foto : Dipinjam dari Joglosemar.com

 

Wednesday, January 23, 2008

Mike 'n Fren

Dapat 3 invitations ke acara ‘Mike ‘n Fren’ di Studio 4 RCTI tanggal 20 Januari 2008, pukul 20.00. Performance para artis jam 21.30. Aku datang bersama Yuli and Yanti. Kami “nyasar” ke bagian karyawan Mobile-8. Registrasi ulang dan langsung dikasih T-Shirt untuk dipakai saat itu juga. Penerima tamu-nya ramah banget melayani kami, apalagi begitu ngerti darimana undangan kami dapatkan....hehehe...emangnya bakalan dipecat ya kalau nyuekin kami???

Kami langsung ke meja prasmanan untuk dinner. Aku wanti-wanti ke Yuli supaya kami menuruti peraturan yang berlaku saja. Pokoknya ikuti sistem karena tadi sudah menyebutkan nama orang yang memberi kami undangan. Yanti sih oke-oke aja, justru dia cuci mata en beberapa kali nyeletuk,”Pegawai-nya Fren bening-bening yaa..” sambil cekikikan centil. Daku menyetujui ucapannya,”Iya yah, keren-keren juga.”

Selesai dinner kami diminta berbaris untuk briefing, per-devisi. Haaaahhh??? Lah terus daku kemana nih???? Merasa bukan karyawan, maka aku langsung ke pintu utama untuk VIP. Eh, sama salah satu pejabat Fren-nya ,disuruh langsung masuk. Di Studio 4 Mulan masih check sound. Saat Dani en The Rock check sound kami yang sudah duduk diminta clear tempat dulu. Kami bertiga sih duduk aja di depan Studio 4. Nggak diusir tuh, justru crew RCTI-nya manggut-manggut sopan permisi saat melewati kami.

Begitu gerombolan karyawan Mobile-8 sudah memasuki ruang studio dari pintu backstage, kami masuk. Duduk dengan yakin di kursi undangan. Sederet dengan Bapak Agum Gumelar dan Bapak Hary Tanusoedibyo, president direktur MNC.

Live pukul 21.30 Mulan Jameela (Yang waktu check sound protes karena disebutnya pakai ‘H’, Jamilah! Padahal di invitation card namanya juag tertulis paka ‘H’.) membuka acara dengan lagunya yang “sok seksi” itu. Dilanjutkan group band Matta yang menyanyikan ‘Jatuh Cinta Lagi’. Asli loh, semua yang ada di Studio 4 nyanyi dan joged-joged kompak! Aku aja sempat menyayangkan kenapa kita nggak gabung dengan pegawai-pegawai tersebut yang joged-joged tanpa beban dan terus ceria. Duuuh, jadi penasaran pas briefing tadi mereka disuruh ngapa’in ya??? Jadilah kami bertiga jogednya sambil duduk...hehehe... Cathy Sharon, Terry Putri dan Lena Than yang malam itu menjadi presenter juga turut berjoged diatas stage.

Setelah Matta menuntaskan lagunya ketiga presenter tersebut mulai cuap-cuap sambil membagikan kertas warna zaman kita TK. Sambil nyebar-nyebar kartu perdana Fren loh...Nggak lama karena Mulan Jameela muncul menyanyikan ‘Aku Cinta Kau dan Dia’ versi “Ih...ih...ihkh...iiih...”. hihihi...soalnya dia sekarang kalau nyanyi selalu pakai ‘ih...ih...ih...’ gituh. Cara baru buat nakut-nakutin tikus rumah nih ;-D Pokoknya sempurna banget dah kalau nakut-nakutin tikus pakai suara seperti itu, sesempurna judul lagu yang dinyanyikan oleh Indonesian Idols berikutnya, ada Ihsan, Dirly,Wilson, Ghea dan Risma. Dipertengahan lagu ‘Sempurna’ sang Icon Fren, Mike muncul. Mereka bersama menyanyikan lagu yang dipopulerkan oleh Andra en The Backbone.

Dasar kami yang norak, saat Wilson, Ihsan dan Dirly berjejer ternyata berdirinya berjajar dengan kami bertiga. Daku en Yanti dorong-dorongan rebutan supaya berhadapan dengan Ihsan...hahaha....tetapi tetap daku yang menang dong! Walaupun daku juga suka sama Wilson seh...Hihihi, jadi inget lebaran hari kedua yang daku ngajak Ihsan salaman di La Piazza. Soalnya semua orang yang disekitar daku rebutan ngajak salaman, sedangkan daku yang tepat didepannya kalau nggak ngajak salaman khan kesannya belagu amat. Yaaa...itung-itung ngucapin lebaran.Xixixixi...

Presenter muncul kembali. Menceritakan soal fakta bahwa kertas dapat dilipat maksimum 7 lipatan. Kami ikut mencoba...bener loh!

Lipatan ke tujuh selesai Matta muncul kembali dengan hits-nya ‘Ketahuan’. Disusul oleh Dani Ahmad dan The Rock Indonesia menyanyikan lagu : Munajat Cinta. Lagi-lagi semua yang ada di Studio 4 RCTI joged dan menyanyi dengan kompak. Nggak ada tuh komunitas-komunitas groupies gituh...pokoknya siapapun yang sedang menyanyi maka semua ikutan nyanyi dan joged. Ramai-nya kompak banget!!! Karena apa??? Karena kita khan ‘fren’ looohhh...hihihii jadi gak ada yang ribut!

Fakta tentang telur kembali diungkapkan. Kalau ini sih daku udah ngerti sejak SD, soal telor ayam yang kita remas nggak akan pecah walaupun ngeremasnya kuaaaat banget. Meskipun tangan Mike yang gede gituh, tetap ajah tuh telor gak remek. Asalkan  gak pakai kuku or cincin.

Kemudian Mulan muncul lagi dengan lagu ‘Wonder Woman’, lengkap dengan ‘ih...ih...ih’ lagi. Ini lagu yang dinyanyikan saat checksound. Karyawan – karyawan Mobile-8 dan penonton semakin seru berjoged, bahkan Mulan ngarahin agar kita mengangkat tangan dengan gaya khas-nya. Sampai J-Rocks dan Mike menyanyi kami masih terus goyang dan nyanyi  dengan keras. Suasana hidup  banget deh! Makanya begitu penampilan tinggal 1 lagu lagi kami semua langsung berseru menyatakan kekecewaannya. Masih kurang puas.Sampai FD RCTI-nya ngomong,”Masih pengen senang-senang yaaa???” Iya jelas banget dong....soalnya kami bertiga biasa nonton konser ada “pengkotak-kotakkan” gitu deh, misalnya kelompok ini suka sama artis ini, yang disana suka sama yang band itu, yang disudut sini suka sama vocalis inih....yaaah gitu deh. Sedangkan konser kali ini kami semuanya jingkrak-jingkrak siapapun yang sedang tampil! Bahkan pakaian yang kami pakai juga sama. Karena kami Freeeeennn....hihihihi...T-Shirt daku tumpuk sama baju yang daku pakai dari rumah, sedangkan Yuli tadi sempat ganti kaos. Meskipun kami bertiga gak ada yang dapat doorprize tapi senang-senang ajah tuh, apalagi ada cowok yang matanya mengingatkan daku kepada seseorang...hehehe...

The Rock(plus Dani) feat Mike (atau Mike feat : The Rock?! Ini khan acaranya Mike ‘n Fren.) menutup acara dengan lagu : Kamu Adalah Surgaku. Wuuihh....ternyata Dani nggak hafal lyryc-nya loh...hahaha...daku pikir Inod doang yang suka lupa sama lyryc ciptaannya sendiri. Waaadduuuhhh, Ooooommm, kok justru Mike yang hafal luar kepala lagunya sih. Ah Mike...You’re real Idol!

Pertanyaan dari Yanti,”Kok  nggak ngaju’in *** Band aja untuk ngisi acara ini?!”

Yang aku jawab,”Laaahhh itu mah bukan urusannya , lagipula Mike itu khan icon Fren.”

Sampai rumah nyala’in hape. Sekar sms : Dpt HP gak? Td keliatan tuh di TV.Hehehe...!^^

Waddduuuhhh.....

Thursday, January 17, 2008

I am President.....

Yes...President Executive ;-)
I'm not a princess.....
I'm a queen now...
I'm not sleeping beauty...
I'm a dreamer....I'm build my dream....and WAKE UP (into reallity)
I'm President Executive....
I'm flying now....wonderfull...I BELIEVE I CAN FLY....
Thanks GOD...Alhamdulillah....
Thanks GOD...Finally I have found them ;-)
I LOVE THIS LIFEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE..................

Saturday, January 12, 2008

My Dreams : House in New Zealand




Look no further than this fabulous modern masterpiece designed with family as
the focus in one of Remueras top addresses. Our owners have taken the best today has to offer and created a home that really works. Your lounge and formal dining complete with all the extras are breathtaking in their finish and inviting enough to be enjoyed by all. Your cosyTV room is great for the kids and their friends and then you have a wonderfully spacious family room overlooking your infinity pool which is bathed in all day sun, as is your very private garden. With five or six bedrooms, all of which are stunning, and 4 sumptuous bathrooms this home will be enjoyed by all who are fortunate enough to live here. Designed originally by David Ponting and improved by our owners everything you would expect is at your fingertips including triple garage and off street parking for the boat. The discerning buyer will most definitely be impressed.

Features
Exterior Cladding: Concrete, Tilt Slab
Exterior Joinery: ALUMINUM
External Features: Auto Gge Door,Balcony,BBQ,Irrigation,Pool - Inground, Heated,Security Lighting
Internal Features: Gas Heating,Open Fire, Integrated Speaker System, C'Bas electronic system, Pool
Lot Features: Fully Fenced,Landscaped,Private,ROW
Parking: 6
Roof: BUTYNOL
Style : Architec Design

Price : Negotiation
Rooms: 5 bedrooms, 4 bathrooms
Location: Remuera
Type: Residential House
Floor: 500.0m²
Total land: 750.0m²
Year built: 2005
New construction: No
Car spaces: 6
Listing No. 45235

Anna membeli rumah ini tahun 2009 - 2012.Amiiiiiiiinnnnnn........;-)

Monday, January 7, 2008

"On The Way Travel" ;-D

Breakfast di Malabar Resto yang terletak di Lt.4 Hotel Horison Semarang. Menunya kaya variasi, karena memang ini keunggulan Horison Semarang dibandingkan Horison di beberapa kota Indonesia. Nasi liwet, Dim Sum, Ayam Panggang, Bubur Ayam, Spaghetty, Sandwich, Sapi Lada Hitam, Ikan Tenggiri Asam Manis....aaaah pokoknya banyak banget deh! Selain prasmanan juga digubug-gubugin seperti kalau datang kondangan gituh deh. Selama daku makan dari hotel ke hotel sepertinya breakfast kali ini termasuk variasi menu-nya oke. Setelah breakfast langsung kita kabur ke kamar 713. Pagi itu Mas Tunggal dan Mbak Rita mau ke Mlati Hardjo dulu untuk ketemu Mas Edy. Ely ikutan pulang. Daku en Sekar nonton Amazing Race Asia di AXN ajah sambil nunggu waktu check out.

Jam ½ 2 kami check out. SMS ke Bang Ronald dulu : “Aku udh check out dan mau keluar dr Smrg.Mlm ini mungkin aku nginep di Cirebon,jd no.esia ini gak tpakai lg ya.Kabaqr2i aku soal Mb Henny ya klau ktemu.Trimaksh.” (Repotnya Pakai esia Mode : ON). Praktis selama di Semarang hanya Bang Ron ngehubungi CDMA-ku.

OLEH – OLEH KHAS SEMARANG

Kami ke Jalan Pemuda, seberang Sri Ratu untuk membeli Lumpia “Mbak Lien”. Harga lumpia-nya @ Rp 7,000 ,- boleh pilih yang basah atau goreng. Rasa rebung-nya bikin daku jadi sering kangen dengan lumpia Semarang. Dari Jln Pemuda kami meluncur ke salah satu jalan (waduh lupa nama jalannya!) untuk membeli Ayam Tulang Lunak yang juga khas Semarang. Tak lupa kami ke Jln Pandanaran yang banyak menjual oleh-oleh khas Semarang. Pedagang kaki lima sampai toko – toko menjual lumpia, wingko babat, Bandeng duri lunak dan aneka makanan lainnya. Lumpia di Jln Pandanaran banyak juga yang harganya lebih murah.
“Urusan” di Semarang beres, kami meninggalkan kota Semarang. Rencananya sih February daku balik ke kota ATLAS ini lagi.

SHOPPING DARI BATIK SAMPAI “EMBER”

Mas Tunggal menyetir mobil dengan santai. Emang sengaja jalan santai. Melihat deretan kios duren di Kabupaten Batang membuat mobil berhenti sejenak. Mau makan duren dulu. Tetapi sayangnya duren yang kami makan tidak semanis duren yang kita lahap di Jepara. Oh iya, waktu di Jepara kami makan duren di Jln Jend.Hoegeng Imam Santoso (Daku baru menemukan nama beliau dijadikan nama jalan. Saat beliau meninggal dunia 3 tahun yang lalu aku sempat melayat di rumah keluarganya di Pesona Khayangan Depok. Kebetulan anak bungsu dan cucu-nya satu sekolah denganku. Saat ayah-ku meninggal dunia beliau juga melayat ke rumahku, dan kami memiliki satu lukisan hadiah dari beliau.). Di Jln Jend.Hoegeng Imam Santoso ini pula terdapat monumen berbentuk duren. Memang Jepara juga kota penghasil duren.

Di Pekalongan kami “tergoda” mampir ke salah satu toko batik yang besar. Daku sempat naksir batik seharga Rp 22.500 ,-. Murah meriah, warnanya juga funky dan yang pasti gak bakal ada saingannya kalau kita jalan2 ke Paris – Milan or New York! Eh tetapi justru Sekar yang beli rok batik berwarna hitam. Sampai di Pasar Batik Setono – Pekalongan daku justru “meringis2” karena batik yang aku taksir di toko tadi tidak ada di pasar ini. Selama perjalanan hape memang aku silent total, tp kali ini aku berhasil menjawab panggilan telepon dari Mbak Hen yang juga lagi plesiran di Blitar. Mbak Hen baru besok ke Surabaya dan janji mau bertemu dengan Mas Al dan Bang Ron sebelum Mbak Hen balik ke Singapore.

Alhamdulillah akhirnya daku bisa membeli baju “you can see”. Kalau dilihat sekilas motifnya tidak kelihatan seperti batik, tapi itu batik kok.

Perjalanan dilanjutkan setelah kami shopping batik Pekalongan. Dinner kali ini kami memilih satu resto bernama : D’Pawon Seafood & Fastfood di Jln Kolonel Sugiyono – Tegal.Tempatnya asyik, resto tapi terbuka gitu deh, pengunjungnya juga kebanyakan bermobil pribadi dan family...namun pelayanannya luuuaaaammmaaaa. Kami hampir mati lemas kelaparan euy! Kasihan juga sih sama mbak yang ngelayanin karena menurutnya teman2nya lagi pada pulang kampung dan saat itu pengunjung sedang banyak. Orang Tegal pulang kampungnya kemana yak?! Rasa makanan sebenarnya lumayan enak, apalagi nasi bakar yang daku pesan. Gurih dan wangi. Nasi bakar tersebut digulung di dalam daun pisang, sebelumnya dikasih bumbu dan kemudian dibakar.

Awalnya Mas Tunggal mau laju dan istirahat di Cirebon, tetapi Sekar, Mbak Rita dan daku lebih memilih kami istirahat di Tegal. Jadilah kami malam itu check in di Hotel Pasific (*3). Walau hanya berlantai 3 hotel ini memiliki lift yang tembus pandang, baik pintunya maupun “dinding” disekitarnya sehingga kalau kita berada di lift kita dapat melihat jalanan, dan orang di jalan juga bisa melihat kita. Hotel berbintang 3 ini baru ada 3 tahun yang lalu. Pelayanannya top banget deh, bahkan petugas-nya cepat tanggap, khususnya petugas saat kami breakfast. Seno saja komentar,”Harga minimum pelayan maksimum!”. Rate menginap disini nggak sampai Rp 300.000 ,-/malam. 200ribu aja sih lebih! Kamar AC, TV Cable...nggak kalah deh dengan hotel bintang 3 di kota besar. Bahkan ada Karaoke dan Mini Theater-nya pula. Room service-nya muraaaahhhhh, masih banyak yang dibawah Rp 30.000 per-porsi makanannya. Usai breakfast dengan kepuasan tersendiri kami check out.

Mampir Brebes untuk beli telor asin khas Brebes. Telor asin zaman sekarang variant-nya juga macem-macem. Bayangin dah...ada Telor Asin Rasa Udang! Konon itu telor dari bebek yang makanannya udang. Wuuuiiiihh...kalau tuh bebek makanannya gado-gado mungkin rasa telor asinnya juga rasa gado-gado dong? Kata Mbak Rita di televisi pernah ada info tentang telor asin rasa jeruk atau strawberry loh. Lucu juga ya, kalau mau telor asin rasa jeruk or strawberry bukannya lebih enak makan buah jeruk or strawberry-nya sekalian???

Mbak Rita beli Telor Asin Rasa Udang dan daku beli Telor Asin Bakar. Perjalanan berlanjut ke arah Kuningan. Kami tidak melewati jalur Utara karena mau nengok lokasi wisata pemandian air panas dan spa di Kuningan.

KUNINGAN – SUMEDANG

Siang hari kami tiba di Kuningan. Mbak Rita ingin melihat Grage Hotel Spa yang seringkali diliput oleh media. Namun belum sampai lokasi kami tertarik dengan satu area, yakni Resort Prima Sangkanhurip.Di resort ini terdapat Perkampungan Wisata Cilimus 1928 yang merupakan replika perkampungan Kuningan di tahun 1928. Yang sejarah Indonesia-nya jago pasti ngerti deh “apa dan bagaimana” Kuningan di tahun 1928. Perjanjian Linggar Jati masih ingat dooonnnggg...Pelajaran SD gitu looohh....

Kami menanyakan roomrate menginap di resort tersebut, dengan tekad liburan mendatang kami menginap di sini. Suasana khas Indonesia-nya asyik banget!

Barulah kami menyusuri jalan Sangkanhurip, yang diujungnya terdapat obyek wisata Sangkanhurip Alami. Pemandian air panas dengan harga terjangkau. Kami hanya melewati obyek wisata tersebut, berbelok ke kanan...dan barulah mampir ke Grage Sangkan Hotel Spa yang memproklamirkan diri sebagai ‘The Best Aquamedic Spa in Java’. Daku dan Mbak Rita sempat masuk ke area spa yang air-nya kehijauan dan hangat. Dia atas kolam renang biasa (Teratai Pool Side) telah berdiri panggung dan disekitar kolam renang juga sudah tersusun meja dan kursi untuk acara tahun baru nanti malam. Hotel tersebut mengadakan : ‘New Year 2008 Hawaiian Nite’ – dinner – live band – dance – hawaiian dance. Kenapa nggak menampilkan perayaan khas Indonesia aja siiiiiihhh??????

Perjalanan berlanjut. Di sepanjang jalan kami melihat penjual ember. Toko makanan menjual ember??? Untungnya Mbak Rita “cepat tanggap, ingat bahwa itu adalah salah satu oleh-oleh khas Kuningan yang pernah diceritakan temannya. Tape ketan dibungkus daun jambu yang kemudian dimasukkan kedalam ember! Karena Mas Tunggal juga senang dengan tape, kami-pun berhenti dan membeli ember, eh makanan khas tersebut. Aku bilangnya,”Beli tape gratis ember!” hahaha...

Mobil melaju ke Sumedang. Kotanya penyanyi Rossa, yang kebetulan saat kami sampai di Sumedang tape di mobil lagunya “Atas Nama Cinta”. Kami lunch di ‘Rumah Makan Joglo Sumedang’ yang baru dibuka 3 hari dan bangunannya keren banget, rumah Joglo ala Kraton. Kami makan di gazebo yang berada di pekarangan bangunan. Kami pesan makanan khas-nya Ayam Goreng Spesial Bumbu Kraton.Ckckck...koleksi mobil antik owner-nya okeh banget looowwhh ;-)

Suasana akan tahun baru mulai daku rasakan lagi ketika sudah banyak sms masuk ke hape-ku mengucapkan selamat tahun baru. Pak Aswin,  direktur Finance di salah satu BUMN juga sudah mengirimkan sms ke aku. Duh, Pak...maafkan “anakmu” yang kurang ajar ini. Selalu kedahuluan jika ingin mengucapkan selamat ke bapak. Salut daku sama beliau, direktur BUMN ,kerjanya keliling dunia bahkan sampai naik Concorde saja pernah tapi low profile-nya ampun-ampunan.

Jam 7-an malam Mas Alief, leader-ku di Surabaya mengirim sms agar aku membuat keyakinan pada tengah malam nanti mengenai peringkat-ku di Konvensi Nasional tanggal 23 Agustus 2008 di Hailai Restaurant. Yup lebih dari 20 tahun aku melewati tengah malam dengan hingar bingar kemewahan tahun baru, merayakan di hotel mewah, pesta bahkan di Bali seringkali aku lakukan. Oleh karena itu malam ini aku mau mengadakan resolusi 2008 dalam kelelapan malam. Walaupun disekitar rumah Sekar udah jedar jedor kembang api! Bentaaar-lah lihat kembang api.

Thursday, January 3, 2008

Travel Akhir Tahun 2007

Jangan tanyakan kemana daku melewatkan malam tahun baru, karena justru akhir tahun daku melewatkannya kemana-mana. Lewat Cirebon, lewat Brebes, lewat Pekalongan...dan malam tahun baru daku melewatkannya di dalam perjalanan tol Bandung – Cimanggis sambil menikmati Ice Coffee gratisan dari Excelso Rest Area Km.62. Ssssrrrrruuuupppp......dan kopi itu melewati tenggorokanku!

SEMARANG, Si Pesona Asia
Dua hari pasca Christmas Mas Tunggal mendadak mengajak ke Semarang. Dua jam sebelum keberangkatan, jadinya hari itu aku cancel rencana hari itu ke Synergy bareng Dian untuk menemui Pak Ali dan Dr.Roy. Ke Semarang juga mau nganterin
brosur Synergy ke Ely and kalau memungkinkan bikin home meeting di hotel sekalian. Jadilah siang itu daku bersama Mas Tunggal keluarga dan sopirnya (yang Art Director film Ca Bau Kan – real!) berangkat ke Semarang. Terlebih dahulu makan sore di Rest Area Km 57, RM Padang Sederhana. Di sana aku sms Ely supaya mempersiapkan materi untuk pembahasan Synergy nanti malam.

Shalat Maghrib di rest area toll Kanci Cirebon dan makan malam di KFC Pasifik Mall Tegal – Jawa Tengah, sekalian daku beli pulsa GSM dan Mas Tunggal beli 3 kaset. Wuuiih udah ada KFC, Es Teller 77, Pizza Hut, Dunkin, M Studio, Naughty and Guardian. Tegal sudah bertabur franchise business rupanya ;- Kenapa nggak ada  kedai teh poci  khas Tegal seh???!!!!
Barulah jam 11 lewat kami sampai di rumah Semarang.

Paginya Ely baru nongol di depan hidungku . Kami sudah siap – siap berangkat ke Jepara, kota Kelahiran RA Kartini si Pahlawan Emansipasi Wanita. Aku langsung menyodorkan chlorophyll ke Ely. Kebetulan Mbak Rita ngajakin Ely juga, jadi Ely bisa sekalian ikut. Daku gak enak ati kalau yang ngajak daku karena kakinya Mbak Rita khan dalam masa recovery jadi tempat duduk di mobil harus leluasa. Jam 8-an Tavera melaju menyusuri “Little Netherland” yang jadi salah satu obyek wisata unggulan Semarang, start dari yang paling ujung Hotel Raden Patah (Budgeting Hotel – Backpacker Clas yang dulu pernah masuk list Lonely Planet), Kantor Polisi, Gereja Blenduk, dan berderet bangunan peninggalan Belanda yang seringkali dijadikan shooting film.
Terlebih dahulu kami check in di Hotel Horison (*4) kawasan Simpang Lima Semarang.

JEPARA, Kotanya Ibu Kita Kartini (Jum’at, 28 December 2007)
Hanya meletakkan travel bags kemudian lanjut ke Jepara, melewati Demak tetapi nggak lewat Kudus. Makan siang di RM.Ismun Jln Margoyoso yang kecapnya khas. “Bentuk” kecapnya seperti madu dan rasanya manis banget. Setelah lunch kami hunting furniture ukiran Jepara yang showroom-nya berderet di sekitar Jepara. Masih banyak yang tutup. Mbak Rita dan Mas Tunggal yang sedang merenovasi rumah  berencana membeli jendela yang berukir khas Jepara. Salah satu showroom mengaku kalau dia-lah yang mendesain ukiran interior rumah Probosutedjo, artis Roy Marten dan beberapa seleb lainnya, bahkan juga mendesain rumah Joglo Jawa Tengah lengkap dengan ukiran-nya untuk dikirim ke Pulau Karibia. (Awas loh kalau Malaysia sampai ngaku’in ukiran Jepara di resort mewah Karibia asalnya dari Malaysia!!!!).

Kami sempat mampir ke dermaga Pantai Kartini. Dari pelabuhan ini-lah kapal Karimun membawa penumpang ke Pulau Karimun Jawa. Ombak terlihat begitu liar, angin juga bergemuruh. Hal itulah yang membuat kapal Karimun sudah dua hari tidak beroperasi. Daku sih sempet berfoto ria di depan kapal tersebut. Ini salah satu impian daku dan Tary, visit to Karimun Jawa sambil mencari inspirasi novel. Bahkan Ratih Kumala, si penulis novel Tabula Rasa yang bukunya masuk dalam list “The books must read before die” ngerengek minta ikutan kami berdua. Hahaha...

Di Jepara sempat diminta Ronald untuk menelponnya karena ada hal penting yang harus dibicarakan. Duuuh, Bang, daku lagi di pinggir sawah nih....pulsa gak cukup untuk nelp ke Surabaya. Lah, hape aja daku silent total.Untungnya sih Ronald nelpon duluan. Emang deh, bisnis itu harus dilakukan dimana saja dan kapan saja dan oleh siapa saja. (Chlorophyll is better than Coke...hahahaha)
Sore kembali ke Semarang, ke Hotel Horison. Malamnya kami makan di salah satu rumah makan yang bikin Sekar nggak napsu makan dan akhirnya malamnya harus beli makanan lagi di Pizza Hut yang masih satu area dengan hotel. Hotel Horison Semarang “layout lokasi”-nya mirip dengan hotel – hotel yang ada di Sing
apore.      Aku en Sekar sempat foto di depan Santa Claus yang terbuat dari permen, dan itu merupakan Santa Claus dari permen terbesar di Indonesia. Pakai masuk MURI segala. Setelah itu permennya nggak boleh dimakan. Duuuhhh...mendingan Santa Claus-nya membagikan permen-permen itu ke anak fakir miskin aja kali yaaa....Jadi masuk MURI-nya : Santa Claus Membagikan Permen Terbanyak ke Fakir Miskin & Korban Banjir Jawa Tengah. Sepertinya itu lebih berguna dan secara Corporate Sok-sial Responsibility juga okeh!


MRAPEN – WATU GONG (Sabtu, 29 December 2007)
Setelah meninjau beberapa rooms yang rencananya mau aku bikin jadi meeting room or ruang aktifitasku untuk meluaskan network dan pasar di Semarang, aku en Ely menuju ke Dorang, warteg bersih yang ada menu andalanku, yakni telor ikan yang gede. Menu warteg ini  relatif lengkap dan lezat loh. Tempatnya juga bersih. Yang makan disini banyak yang bermobil pribadi. Mungkin seperti Warmo Tebet, tapi soal kebersihan dan kenyamanan tempat, daku lebih mantap di Dorang. Ini aja daku “bela-belain” nggak breakfast di Hotel Horison lantaran aku ingin menikmati menu  Warteg Dorang . Semula ingin dijemput pakai Tavera tetapi karena Seno main PS di hotel (playground Hotel Horison ada PS-nya) dan Mbak Rita creambath di salon mall hotel, jadinya selesai makan daku en Ely berbecak ria ke Hotel Horison. Satu moment bahagiaku adalah naik becak! Hal langka yang bisa terjadi di Jakarta.

Dari Hotel Horison kami menuju arah Grobogan. Eh udah naik mobil yg dikemudikan Mas Tunggal, bukan naik becak. Kasihan banget tukang becaknya kalau daku minta anter ke Grobogan. Niat awal ke “miniaturnya Sidoarjo”, tetapi karena hujan lumayan deras, akhirnya kami berbelok ke Mrapen yang terletak di pinggir jalan Raya Semarang – Purwodadi Km.36. Melongok peninggalan Sunan Kalijaga, yakni : Api Abadi, Sendang Dudo yang airnya mendidih namun tidak panas dan batu bobot yang sebenarnya merupakan landasan salah satu tiang kerajaan Majapahit yang ingin dibawa ke Demak namun karena berat jadinya ditinggal oleh Sunan Kalijaga, daripada menghambat perjalanan gitu loh!

Api Mrapen ini yang api-nya diambil untuk obor pesta olahraga, dari Ganefo tahun 19963 hingga PON IV 1996. Sayang banget deh area Mrapen ini kurang terawat. Bahkan pengunjung  hanya kita. Ada sih cowok – cewek pendatang. Mereka berdua masuk dalam bilik Batu Bobot, kata penjaga warung tempat aku beli teh botol di dekat situ katanya kedua orang tersebut berdoa, dan banyak yang “ngalap berkah” di Batu Bobot. Daku sempat diledekin Mas Tunggal,”An, nggak usah malu-malu tuh....katanya mau minta supaya dagangan-nya laku keras!”

Hahaha...supaya dagangan laku keras mah gelar aja dagangan di alun-alun taon baru’an nanti, bukan berdoa di depan/dekat batu gituh. Lah Sunan Kalijaga ajah sampai ninggalin tuh batu, trus kenapa kite justru “nyembah-nyembah” tuh batu. Nyembah Hajar Aswad yang udah jelas di Rumah Allah aja udah masuk kategori musyrik, apalagi batu lain. Wait...wait...soal ini mah daku pendapat pribadi aja yak, tanpa mengurangi rasa hormat terhadap toleransi kepercayaan sesama mahkluk ciptaan-NYA.

Dalam perjalanan kami sempat lihat warung dengan spanduk yang menyeramkan loh. Spanduk bertuliskan dan bergambar : ular, biawak dan kodok, tulisannya : Extrem Kuliner. Hiiii...lihat spanduk dan warungnya aja serem gituh. Kalau kita masuk ke warung itu mungkin kita akan lihat ular lagi ngejar-ngejar kodok??! Trus biawaknya tepuk2 tangan ngasih suporter.Nggak sampai 5 km dari warung itu aku melongo lagi membaca spanduk di warung berikutnya, salah satu menunya : Rica Rica Kuda! Waaaw, ternyata Grobogan banyak menawarkan aneka kuliner “ajaib”, dan yang menawarkan adalah warung sekelas kaki lima – bukan restaurant atau rumah makan permanent.

Dari Mrapen kami sempat mampir ke salah satu perumahan baru di Semarang. Ada sih niat punya rumah pribadi di Semarang, yang lokasinya keren dan nyaman. Setelah itu kami meluncur ke Semarang atas, tepatnya ke Watu Gong. Artikel dan foto lengkap mengenai Watu Gong akan aku upload di MP kalau sudah dimuat di media cetak dulu yaaaa......

Dinner hari ini di Kampung Laut Suki, restaurant unik pinggir laut sekaligus tempat rekreasi di Utara Semarang. Soal tempat ini lebih lanjut...nanti daku review. Hehehe...pokoke menu dan tempatnya mantap!

*Dan keesokan hari-nya kami bertolak dari Semarang. Melakukan “On The Way Travelling” (halah..istilah apa’an pulak!?) Kalau dibikin artikel lagi bakal panjang, so nanti aku tulis lagi ah. Foto sebagian juga akan Anna upload, sebagian sih tunggu setelah dimuat di media cetak ajah. Banner diatas adalah banner website-nya pemerintah Semarang.

2008 daku bakalan banyak mobile nih, menyusuri setiap sudut negeri tercinta. Menjadi saksi bahwa Indonesia-ku kaya akan seni dan budaya agar tidak diakui oleh bangsa lain. Indonesia, merupakan salah satu wujud cinta Allah kepadaku. Karena mobile itu nomer CDMA-ku akan beralih menjadi nomer yang banyak angka 8-nya. Jadi gak perlu ganti2 nomer ke tiap kota walau pakai CDMA.Kemaren sempet bete sama operator CDMA yang sudah 2 tahun ini aku pakai. Kalau untuk di Jakarta aja sih lumayan irit deh nelp pakai ini, tp kalau sering keluar Jakarta....nggak deh! Biarpun tuh operator ngejanji'in bakal ngasih duit kalau kita jadi "aktifis" user operator itu. Ngapa'in juga ngarepin duit 50 perak doang kalau gara2 teknis bisnis 50 milyar  melayang lantaran susah dihubungin?? Lagian ngapa'in juga bikin kaya raya orang yang udah paling kaya raya di Indonesia?