Monday, June 22, 2009

Flying @ Pondok Cabe Airfield




Datang dan memasuki masjid Kubah Mas yang merupakan satu mesjid termegah di Asia Tenggara? Udah pernah dong. Ada kesempatan melihat kubah emas yang saat ini (konon) hanya ada 7 di dunia ini dari atas alias memandang sang kubah secara utuh dari berbagai sisi....wwuuuuaaaa mmmuuuaaauuuu dddwwwooong!! Ih napsu! ;-p

Malam sebelumnya diingatkan Mr.Edo melalui sms : “Ana,pa kbr?hr sabyu bsk ada acara ultah AN ke-2 di pondok cabe.elo mau ikut gak?info ada di forum tuh...”(07/05/2009)
Jelas,Do! Kali ini daku tak akan terlewatkan. Sabtu pagi (09/05/2009) daku-pun menuju rumah Syafriel di Wolter Monginsidi Kebayoran Baru. Start jam 7 lewat dikit daku, Edo en Tati langsung menaiki Honda CRV-nya Syafriel and melaju melalui Jalan Pangeran Antasari menuju Pondok Cabe. Yiiipppiiii....akhirnya daku tak tertinggal lagi seperti bulan Maret lalu.

Singkat cerita, PK-SPD bersiap mengangkut kami. Beberapa rekan telah membawanya dari hanggar menuju parkir pesawat mini ini. Begitu start engine PK-SPD sempat melompat seperti bajaj yang distarter mendadak. Didalamnya sudah ada Maherda, Rifki dan Edo. Melihat masih ada seat kosong untuk seorang lagi, maka daku langsung masuk ke dalam pesawat. Angin dari baling-balingnya sempat mengibarkan jilbabku. Pesawat nyaris terbang ketika pintu aku buka...hehehe....gue mau naek pesawat terbang atau naek bajaj seh neh?! Daku gak kebagian headphone...lengkaplah suasana bajaj yang berisiknya minta ampun. Hhhhmmmm...gak bisa denger komunikasi dari tower deh ...hiks.

Cihuuuyyy...terbang diatas Masjid Kubah Mas kesampaian juga, sayangnya nggak bawa kamera yang TOP (boro2 dah...). Trus dapet "bonus" lihat Situ Gintung dari udara...hhmmm berasa petugas patroli udara.
Seru-nya yang nyetir pesawat yang Anna naikin adalah Maherda.Alhamdulillah kesampaian juga, karena beberapa waktu lalu daku sempat ngomong,"Disetirin Maherda pakai mobil Honda Jazz udah pernah, bahkan daku pernah dibonceng Maherda naik motor dari Pasar Minggu ke Pondok Indah (rumah Pak Rianto)...so suatu saat daku pengen naik pesawat yang 'disopirin' doski." Kesampeaaaan deeehhh....
Pada saat ini juga Baba bikin film penerbangan. Hasilnya kereeeennnn....Asli!
Untung deh, nyadar kalau kita gak di-cover asuransinya justru udah selesai terbang...hehehe...
Pulang dari Pondok Cabe daku minta diturunin Baba di Lebak Bulus, menanti jemputan Mas Tunggal en keluarga trus cabut ke Summarecon Serpong nonton film.

* Bbrp foto bukan milik Anna pribadi, ada yang diambil dari forum AN

Heraan,aku amatin para receptionist pd pakai Blackberry sedangkan VP en para manager-nya pd pakai hape < 2 juta-an...;-D

Sunday, June 7, 2009

9 Pilot Mencari Tuhan

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:Ida S Widayanti & Kapten Setiya Budi
“We Cannot Change The Wind But We Can Change The Wings”. Ya karena angin memang diciptakan oleh-Nya, dan segala ‘jalan’ angin telah ditentukan oleh Sang Pencipta tanpa bisa diatur oleh kita makhluk nan lemah ini. Namun manusia diciptakan oleh-Nya menjadi makhluk yang terkuat dimuka bumi, hingga kita diperkenankan oleh-Nya untuk bertahan dan ‘mengatur’ kemana kita akan berjalan tanpa harus menyerah andai angin mengombang – ambing kehidupan kita.
Buku ini memuat kisah spiritual 9 pilot alumni ESQ. Sebagai alumni ESQ mereka telah ‘menemui’ Tuhannya. Proses mereka dari makhluk yang sekedar makhluk yang hanya mengikuti kemana angin berhembus hingga akhirnya mereka dapat mengatur sayap mereka sehingga dapat ‘menakhlukkan’ angin.
Menjadi seorang pilot memang merupakan karunia tersendiri. Mereka merupakan manusia pilihan yang harus tangguh menghadapi kehidupan di ‘dunia’, daratan dan udara. Seorang musafir merupakan makhluk yang mendapatkan karunia dari-Nya. Lantas dapat dibayangkan pula makhluk yang membantu/mengantar para musafir tersebut berkelana mengarungi dunia ciptaan-Nya yang maha luas.
Iqra....Mereka tidak hanya harus membaca tulisan atau keadaan di kehidupan lingkungan mereka, karena mereka juga harus mampu membaca angin. Angin ketika mereka mengendalikan pesawat terbang yang mengangkut jasad bernyawa (bahkan ratusan nyawa), hingga angin yang menerpa kehidupan mereka di daratan. Semuanya dapat mengalir dengan indah selama mereka telah menemukan Tuhan-nya.
Diantara mereka yang kisahnya berada dalam buku ini, terdapat kisah Kapten Abdul Rozak (Terbang Melintasi Kemustahilan) yang pesawatnya mengalami kecelakaan hingga mendarat darurat di Bengawan Solo. Kejadian yang sempat menjadi berita utama di aneka koran terbitan negeri tercinta, Indonesia. Kejadian tanggal 16 Januari 2002, dengan pesawat Boeing 737-300 no.flight GA 421 rute Selaparang, Lombok menuju Adi Sucipto, Yogyakarta. Di atas kota Blora (Ketinggian sudah mencapai 31.000 kaki) pesawat memasuk ke dalam awan Cumulunimbus, sejenis awan yang berbahaya disertai hujan deras. Hingga pada ketinggian 23.000 kaki mesin pesawat terbang mati...pesawat terus meluncur hingga 8000 kaki dalam keadaan gelap gulita. Seluruh penumpang pesawat dirasakan merupakan amanah bagi beliau. Dan kecelakaan ini merupakan hidayah bagi beliau.
Kisah lain perjalanan spiritual para pilot ini dapat dibaca di buku ini. Yang pasti saya merasa menikmati huruf demi huruf yang terdapat dalam buku yang dibuat hardcover dengan gambar cockpit pesawat terbang ini. (Review by Anna R.Nawaning S)