Rating: | ★★★★ |
Category: | Movies |
Genre: | Comedy |
Berkat rahmat Allah SWT akhirnya daku dapat tiket dari Astro Oasis nonton di Blitzmegaplex Grand Indonesia.[Thanks, Jeng Nad ;-D] Hhhmmm...ditraktir popcorn and softdrink juga loh, pulangnya dikasih goodiebag trus kalau nulis resensinya dapet souvenir. (Kebanyakan intro-nya kapan daku nulis resensi-nya yak? ;-p)
Let’s start! Seorang mahasiswi yang tinggal serumah dengan mahasiswa yang bukan muhrimnya? Huuuu...daku bangeeeet! ;-D Hahaha, tapi ini di Iran, Jeng, bukan di NZ. Di NZ mah cuek ajah, tapi kalau di Iran yang hukum agama Islam dan hukum sipil-nya mempermasalahkan hal ini?! Ngerti khan kenapa aku napsu banget pengen nonton film ini?! Jelaaaas, pengen compare juga antara pengalaman pribadi-ku nge-roommate sama cowok di NZ dengan pengalaman Mahsa (diperankan Bita Saharkhiz) yang nge-roomate dengan Jamshid (Ali Reza Ashkan).
Mahsa dan Jamshid terpaksa berbohong, mengaku sebagai suami istri agar dapat menempati rumah milik seorang nenek yang akan ke luar negeri selama 3 bulan. Tetapi baru sehari Mahsa menempati rumah di Teheran itu Fakhri (nenek pemilik rumah) pulang karena visa-nya mengalami masalah. Mahsa dan Jamshid masih dibolehkan tinggal di lantai bawah rumah itu, sedangkan Fakhri tinggal di lantai atas. [Duuuh, daku jadi ingat waktu tinggal di New Lynn dengan kondisi yang sama, daku di lantai bawah dan landlord-ku yang muslim di lantai atas. Aku dan roommate-ku mengaku sebagai saudara sepupu! Hihihi....]
Saat harus serumah dengan Jamshid, Mahsa mengalami dilema, lebih tepatnya paranoid. Mahsa merasa ketakutan jika suatu malam Jamshid akan melakukan tindakan yang tidak sopan atau pelecehan terhadapnya karena kamar yang tersedia di lantai bawah hanya satu. [Kalau aku merasa dilema waktu ditawarin flat dengan 1 kamar. Serem aja kalau keluarga di Indonesia dengar bahwa daku tinggal se-flat berdua cowok yang kamarnya hanya 1, walaupun Bwanna – my flatmate – menyatakan akan tidur di ruang tengah bila kami mendapat flat yang kamarnya hanya 1. Alhamdulillah akhirnya kami mendapat 1 flat di Greenlane yang memiliki 2 kamar].
Bayangan Jamshid akan memperkosanya selalu terbayang di pikiran Mahsa, kamarnya selalu tertutup dan jilbab tidak pernah dilepaskan walau berada di dalam kamar tidur.[Nah, kalau aku dulu justru dilindungi Bwanna. Bahkan saat teman-teman bulek-nya mengadakan party di flat kami daku di”ungsikan” olehnya. Dia khawatir teman-teman cowok bulek tersebut akan minum alkohol sampai mabuk dan memperlakukan aku dengan tidak sopan.]
Mereka berdua berbelanja ke supermarket dan masak di dapur bersama, namun ketidak kompakan mereka menimbulkan adegan – adegan yang lucu. Hal yang sama yang sering aku dan flatmate-ku lakukan ketika di NZ, tetapi aku dan flatmate-ku kompak dooong!
Masalah memuncak ketika ayah Mahsa tiba – tiba datang ke Teheran dan berkunjung ke tempat tinggal anaknya. Mahsa dan Jamshid panik, mereka langsung menyingkirkan aneka benda yang dapat mengidentifikasikan bahwa mereka tinggal serumah. [Hihihi...daku jadi ingat ketika ayah flatmate-ku yang penerbang dan pas ada schedule ke Auckland. Ayahnya mampir ke flat kami bersama teman pilot lainnya. Bwanna langsung menyingkirkan benda-benda “terlarangnya” ke kamarku,”Please, An, bokap khan nggak bakalan masuk ke kamar loe!”. Daku kasih izin-lah, secara aku juga ngerti bahwa benda “terlarang” itu bukan miliknya pribadi, diantaranya minuman beralkohol dan majalah....*teeeeeetttt ; sensor.]
Film Iran ini merupakan komedi romantik, namun sama sekali tidak ada unsur “norak” seperti komedi romantik dari negara lain (termasuk Indonesia...ehhmm!) yang biasanya menjual unsur seksual sebagai subyek bahan tertawaan. Justru di film yang setting arena-nya terbanyak di dalam rumah ini memberikan pelajaran – pelajaran berumah tangga dari dialog – dialog yang keluar dari nenek Fakhri. Nenek Fakhri yang cerewet tidak dijadikan bahan bual-bualan seperti yang sering terjadi di film komedi “norak” romantik lainnya.
So, siapa bilang tinggal serumah dengan lawan jenis maka seorang gadis tidak dapat menjaga kehormatannya??? Tetapi ini di Iran, Jeng...norma hukum agama Islam harus tetap dipegang teguh! Emang sih, tetapi semua di film ini benar – benar tak ada kesan menggurui atau menghujat pihak manapun juga. Bahkan tak ada kesan sindir menyindir seperti film Indonesia kebanyakan. Salut deh untuk sineas Iran yang konon hukum beragama-nya ketat namun tetap dapat berkreatifitas dengan sangat cantik!
Buktikan sendiri deh, karena :
“Filem ini akan ditayangkan di Astro Oasis tahun 2009”