Sunday, June 7, 2009

9 Pilot Mencari Tuhan

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:Ida S Widayanti & Kapten Setiya Budi
“We Cannot Change The Wind But We Can Change The Wings”. Ya karena angin memang diciptakan oleh-Nya, dan segala ‘jalan’ angin telah ditentukan oleh Sang Pencipta tanpa bisa diatur oleh kita makhluk nan lemah ini. Namun manusia diciptakan oleh-Nya menjadi makhluk yang terkuat dimuka bumi, hingga kita diperkenankan oleh-Nya untuk bertahan dan ‘mengatur’ kemana kita akan berjalan tanpa harus menyerah andai angin mengombang – ambing kehidupan kita.
Buku ini memuat kisah spiritual 9 pilot alumni ESQ. Sebagai alumni ESQ mereka telah ‘menemui’ Tuhannya. Proses mereka dari makhluk yang sekedar makhluk yang hanya mengikuti kemana angin berhembus hingga akhirnya mereka dapat mengatur sayap mereka sehingga dapat ‘menakhlukkan’ angin.
Menjadi seorang pilot memang merupakan karunia tersendiri. Mereka merupakan manusia pilihan yang harus tangguh menghadapi kehidupan di ‘dunia’, daratan dan udara. Seorang musafir merupakan makhluk yang mendapatkan karunia dari-Nya. Lantas dapat dibayangkan pula makhluk yang membantu/mengantar para musafir tersebut berkelana mengarungi dunia ciptaan-Nya yang maha luas.
Iqra....Mereka tidak hanya harus membaca tulisan atau keadaan di kehidupan lingkungan mereka, karena mereka juga harus mampu membaca angin. Angin ketika mereka mengendalikan pesawat terbang yang mengangkut jasad bernyawa (bahkan ratusan nyawa), hingga angin yang menerpa kehidupan mereka di daratan. Semuanya dapat mengalir dengan indah selama mereka telah menemukan Tuhan-nya.
Diantara mereka yang kisahnya berada dalam buku ini, terdapat kisah Kapten Abdul Rozak (Terbang Melintasi Kemustahilan) yang pesawatnya mengalami kecelakaan hingga mendarat darurat di Bengawan Solo. Kejadian yang sempat menjadi berita utama di aneka koran terbitan negeri tercinta, Indonesia. Kejadian tanggal 16 Januari 2002, dengan pesawat Boeing 737-300 no.flight GA 421 rute Selaparang, Lombok menuju Adi Sucipto, Yogyakarta. Di atas kota Blora (Ketinggian sudah mencapai 31.000 kaki) pesawat memasuk ke dalam awan Cumulunimbus, sejenis awan yang berbahaya disertai hujan deras. Hingga pada ketinggian 23.000 kaki mesin pesawat terbang mati...pesawat terus meluncur hingga 8000 kaki dalam keadaan gelap gulita. Seluruh penumpang pesawat dirasakan merupakan amanah bagi beliau. Dan kecelakaan ini merupakan hidayah bagi beliau.
Kisah lain perjalanan spiritual para pilot ini dapat dibaca di buku ini. Yang pasti saya merasa menikmati huruf demi huruf yang terdapat dalam buku yang dibuat hardcover dengan gambar cockpit pesawat terbang ini. (Review by Anna R.Nawaning S)

1 comment: