Thursday, October 23, 2008

Room Mate [Hamkhaneh]

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Comedy
Begitu membaca sinopsis film Room Mate (Persia : Hamkhaneh) spontan aku langsung menyatakan harus menonton film yang di-sutradarai oleh Mehrdad Farid (Nih sutradara tahun 2002 pernah dapet official selected in the 59th Venice International Film Festival – Italy, winner of the Golden Olive Prize in Kalamata International Film Festival-Greece, winner of the Audience’s Prize for Best Film in Hall International Film Festival – England dalam filmnya yang berjudul Afghan Children (Haaah??? Aaffgaaaannnn....*husah yang pasti gak ada hubungan sama kembaran daku yang satu ituh ;-p).
Berkat rahmat Allah SWT akhirnya daku dapat tiket dari Astro Oasis nonton di Blitzmegaplex Grand Indonesia.[Thanks, Jeng Nad ;-D] Hhhmmm...ditraktir popcorn and softdrink juga loh, pulangnya dikasih goodiebag trus kalau nulis resensinya dapet souvenir. (Kebanyakan intro-nya kapan daku nulis resensi-nya yak? ;-p)
Let’s start! Seorang mahasiswi yang tinggal serumah dengan mahasiswa yang bukan muhrimnya? Huuuu...daku bangeeeet! ;-D Hahaha, tapi ini di Iran, Jeng, bukan di NZ. Di NZ mah cuek ajah, tapi kalau di Iran yang hukum agama Islam dan hukum sipil-nya mempermasalahkan hal ini?! Ngerti khan kenapa aku napsu banget pengen nonton film ini?! Jelaaaas, pengen compare juga antara pengalaman pribadi-ku nge-roommate sama cowok di NZ dengan pengalaman Mahsa (diperankan Bita Saharkhiz) yang nge-roomate dengan Jamshid (Ali Reza Ashkan).
Mahsa dan Jamshid terpaksa berbohong, mengaku sebagai suami istri agar dapat menempati rumah milik seorang nenek yang akan ke luar negeri selama 3 bulan. Tetapi baru sehari Mahsa menempati rumah di Teheran itu Fakhri (nenek pemilik rumah) pulang karena visa-nya mengalami masalah. Mahsa dan Jamshid masih dibolehkan tinggal di lantai bawah rumah itu, sedangkan Fakhri tinggal di lantai atas. [Duuuh, daku jadi ingat waktu tinggal di New Lynn dengan kondisi yang sama, daku di lantai bawah dan landlord-ku yang muslim di lantai atas. Aku dan roommate-ku mengaku sebagai saudara sepupu! Hihihi....]
Saat harus serumah dengan Jamshid, Mahsa mengalami dilema, lebih tepatnya paranoid. Mahsa merasa ketakutan jika suatu malam Jamshid akan melakukan tindakan yang tidak sopan atau pelecehan terhadapnya karena kamar yang tersedia di lantai bawah hanya satu. [Kalau aku merasa dilema waktu ditawarin flat dengan 1 kamar. Serem aja kalau keluarga di Indonesia dengar bahwa daku tinggal se-flat berdua cowok yang kamarnya hanya 1, walaupun Bwanna – my flatmate – menyatakan akan tidur di ruang tengah bila kami mendapat flat yang kamarnya hanya 1. Alhamdulillah akhirnya kami mendapat 1 flat di Greenlane yang memiliki 2 kamar].
Bayangan Jamshid akan memperkosanya selalu terbayang di pikiran Mahsa, kamarnya selalu tertutup dan jilbab tidak pernah dilepaskan walau berada di dalam kamar tidur.[Nah, kalau aku dulu justru dilindungi Bwanna. Bahkan saat teman-teman bulek-nya mengadakan party di flat kami daku di”ungsikan” olehnya. Dia khawatir teman-teman cowok bulek tersebut akan minum alkohol sampai mabuk dan memperlakukan aku dengan tidak sopan.]
Mereka berdua berbelanja ke supermarket dan masak di dapur bersama, namun ketidak kompakan mereka menimbulkan adegan – adegan yang lucu. Hal yang sama yang sering aku dan flatmate-ku lakukan ketika di NZ, tetapi aku dan flatmate-ku kompak dooong!
Masalah memuncak ketika ayah Mahsa tiba – tiba datang ke Teheran dan berkunjung ke tempat tinggal anaknya. Mahsa dan Jamshid panik, mereka langsung menyingkirkan aneka benda yang dapat mengidentifikasikan bahwa mereka tinggal serumah. [Hihihi...daku jadi ingat ketika ayah flatmate-ku yang penerbang dan pas ada schedule ke Auckland. Ayahnya mampir ke flat kami bersama teman pilot lainnya. Bwanna langsung menyingkirkan benda-benda “terlarangnya” ke kamarku,”Please, An, bokap khan nggak bakalan masuk ke kamar loe!”. Daku kasih izin-lah, secara aku juga ngerti bahwa benda “terlarang” itu bukan miliknya pribadi, diantaranya minuman beralkohol dan majalah....*teeeeeetttt ; sensor.]
Film Iran ini merupakan komedi romantik, namun sama sekali tidak ada unsur “norak” seperti komedi romantik dari negara lain (termasuk Indonesia...ehhmm!) yang biasanya menjual unsur seksual sebagai subyek bahan tertawaan. Justru di film yang setting arena-nya terbanyak di dalam rumah ini memberikan pelajaran – pelajaran berumah tangga dari dialog – dialog yang keluar dari nenek Fakhri. Nenek Fakhri yang cerewet tidak dijadikan bahan bual-bualan seperti yang sering terjadi di film komedi “norak” romantik lainnya.
So, siapa bilang tinggal serumah dengan lawan jenis maka seorang gadis tidak dapat menjaga kehormatannya??? Tetapi ini di Iran, Jeng...norma hukum agama Islam harus tetap dipegang teguh! Emang sih, tetapi semua di film ini benar – benar tak ada kesan menggurui atau menghujat pihak manapun juga. Bahkan tak ada kesan sindir menyindir seperti film Indonesia kebanyakan. Salut deh untuk sineas Iran yang konon hukum beragama-nya ketat namun tetap dapat berkreatifitas dengan sangat cantik!
Buktikan sendiri deh, karena :
“Filem ini akan ditayangkan di Astro Oasis tahun 2009”


Thursday, October 16, 2008

Ikutan Kuis Smart di Space Toon

Baru juga sehari pulang kampung, eh langsung ditodong jadi peserta kuis Smart di Space Toon. Berhubung yang dicari anak SMP jadinya daku ngegaet Sekar yang awalnya stress waktu aku ajak. Secara dia khan seharusnya mau diikutin kuis untuk edisi penulis yang notabene lawannya juga penulis, tapi ternyata lawannya itu anak SD. Nggak bisa deh!

Yang namanya Space Toon sudah dapat diketahui bahwa itu station televisi acara untuk anak – anak. Jadi peserta kuis harus didampingi oleh orang tua. Kali ini (ceritanya...emang iye!) Sekar didampingi oleh tante-nya, yakni daku.

Jam 13 lewat 15 menit Anna, Sekar, Asti, Aril sudah sampai di studio SpaceToon Puri Indah. Baru sekali ini loh ke studio yang imut banget! Kami diantar sopirnya Sekar. Daku ngejinjing-jinjing kebaya-nya Dina yang memang disewakan untuk keperluan wisuda, pesta atau pementasan. Din, kebaya dikau bakal masuk tipi! Sekalian buat promosi gak apa-apa khan? ;-D

Awalnya daku bingung juga dengan thema edisi hari itu. Disuruh bawa kebaya, perasaan hari Kartini masih lama deh! Barulah misteri itu terkuak kala di ruang rias SpaceToon, Sekar diminta pakai toga wisuda. Jadilah daku ‘wanita pendamping wisuda’ (halllaaaahhh...jadi inget masa lalu, sering di”booking” cowok2 untuk ngedampingin mereka wisuda!..hahaha,,,ogah yeee,siapa loe?!). Ceritanya kali ini sebagai ortu yang mendampingi anak-nya wisuda.

Acaranya live, makanya saat presenternya, Kak Sam melontarkan pertanyaan yang mengandung unsur SARA daku gak bisa mencak-mencak. Bayangin dia nanya,”Tante-nya Sekar sudah menikah?” Haaah???! Sumpee daaah, kalau gak live daku bakalan minta retake tuh! Pokoknya kesimpulannya,”Available at this time!”...Ampun, Mak, kesannya gue jadi promo diri di tipi geneh! Berapa menit tuh ngebahas soal status daku yang masih dalam kondisi versi Friendster ‘It’s Complicated’? Terus waktu daku ditanya project daku selanjutnya, daku menjawab,”Sekolah lagi!”. Eh dengan pede-nya presenternya ngomong,”Laaah, Tante kok sekolah melulu? Kapan kawiiiinnnyaaa?!!” – Sumpeeee...untung (or sialnya?) acara ini live! Pokoknya hal ini bikin keluargaku ngeledekin aku habis-habisan!

Daku juga jadi merasakan “penderitaan” vocalis yang sering daku ledekin salah lirik karena kesulitan menghafal lagu neh...hahaha. Karena gak dikasih tahu untuk mempersiapkan ‘yel yel’, jadinya beberapa menit sebelum live daku komat-kamit ngehafalin lirik ‘yel yel’ yang daku adaptasi dari lagu ‘Bukan Superstar’-nya Project Pop.

Alhamdulillah, daku en Sekar masuk ke babak bonus. Alhamdulillah lagi, kami memperoleh hadiah bonus Rp 500.000 ,- karena kami berhasil  menjawab semua kata di babak bonus.

Hhhhmmmm...lama-lama daku terpengaruh sama si Yuli, sohib seperjuangan dalam mengikuti shooting di tv, ikutan kuis en nguber-nguber doorprize. Hehehe...asal jangan separah dia aje. Sorry, Yul, kalau loe baca inih ;-D

Tuesday, October 7, 2008

Akhirnya Mudik Juga

Takbir bergema pagi di Jogkarta. Yap, Idul Fitri tahun ini aku berada di “kotamu”-nya Kla Project. Pulang ke kotamu...Ada setangkup haru dalam rindu...Masih seperti dulu...(loh kok malah nyanyi? ;-p)

Semalam kami tiba di Jogjakarta. Buka puasa terakhir dengan seteguk air yang dibeli di Gombong Kebumen, dilanjutkan dengan Sate Ambal di Lajer – Ambal. Anna, Mbak Lien beserta Mas Tunggal sekeluarga berangkat dari Jakarta pagi hari dengan mengendarai Tavera yang dikemudikan oleh Mas Tunggal melalui jalur Selatan yang lancaaaarrr...Alhamdulillah, tidak sedikitpun kami terjebak macet. Padahal saat itu merupakan H-1. Bahkan kami sempat mampir di Rajapolah Tasikmalaya. Anna hanya membeli gantungan kunci dan sandal kayu yang modelnya girly...

“Sakit” gak seh, khan kami mau ke Jogja, tapi Anna bawa duitnya Euro! Perginya mendadak! Alhamdulillah seh, karena bawa duit rupiah-nya cekak jadinya daku gak kalap belanja. Selama di Jogjakarta kami menginap di rumahnya Galuh di Taman Cendrawasih Plemburan – yang lucunya Galuh malah ke Jakarta di lebaran hari ke-2 lantaran mau belanja di Mall Ambassador dan tiket pesawat Garuda yang harganya nggak sampai 400ribu. Di rumah Galuh daku merasa “terjamin”-lah, kamar full AC dengan kamar mandi dalam, mobil Honda CRV-nya Galuh  (walau masih ada Tavera, tapi khan nggak muat pas kita berombongan) dan....makan juga selalu ditraktir Mbak Yoen en Mas Tirto..hahaha. Galuh dah, keluarganya ke Jogja eh dia kok malah ke Jakarta.

Shalat Ied di Kantor Post Plemburan. Sampai dirumah bermaaf – maafan sambil makan opor dan ketupat. “Personel” yang ada saat itu : Anna, Galuh, Mbak Lien, Mas Tunggal, Mbak Rita, Sekar, Seno, Pandu, Mbak Yoen dan Mas Tirto. Usai makan kami langsung ke Klaten dengan 2 mobil (Anna naik CRV yg dikemudikan Galuh). Senang ih melihat hamparan sawah yang menghijau di Klaten, apalagi sempat berpapasan dengan barisan bebek – bebek yang diangon. Klaten itu tempatnya Yudist yang sedang sakit, jadi kami mengantar makanan lebaran ke dia. “Lucu” juga kalau dipikir dan kalau melihat foto2 Yudist ketika kecil, menghabiskan masa kanak2 di Pitsburgh Pensylvania USA dan disaat usia produktif berada di pedesaan nan tenang di Klaten Jawa Tengah. Allah senantiasa merahmati-mu, Dist.

RAWA JOMBOR, KLATEN JATENG * DAN KALIURANG DIY
Dari tempatnya Yudist kami meluncur ke 3 kilometer dari sana, yakni Rumah Makan Apung dan Taman Pemancingan Rowo Jombor. Disinilah berderet rumah makan yang “terapung”, sepeti rakit yang memanjang dan besar berderet. Kami-pun menikmati makan siang bersama di salah satu rumah makan dengan menu ikan air tawar. Pastinya di Rawa Jombor ini ikannya diperoleh di “empang” yang berada di bawah kami. Alangkah indahnya andai area Rawa Jombor dikelola dengan baik dan profesional. Ke tempat makannya kita naik rakit yang ditarik menggunakan tambang. Hehehe...seru juga berakit – rakit sekeluarga di hari raya bukan dalam keadaan banjir yang sesungguhnya.

Setelah luch kami langsung menuju Kaliurang. Melewati aneka tempat wisata yang hari itu ramai. Khususnya wisata Agrobisnis tuh! Kok akhir2 ini daku tertarik dengan Agrobisnis yak!? Udah mulai namem2 bawang di halama rumah neh. Secara di halaman rumah Pulomas emang udah bervariasi aneka tanaman, dari pohon Jati, Duren, Belimbing, Pisang, Mangga, sampai pohon Beringin tumbuh berkembang di Pulomas. Banjir ada bagusnya juga untuk memupuk tumbuhan tersebut.

Di Kaliurang kami hanya ke tempat monyet lompat-lompat aja! Trus menikmati pecel dan sekoteng. Ramai banget seh.....Niat mau ke Museum Ulen Sentalu gak jadi karena Mbak Rita mendadak maag.

 

DINNER DAN AIRPORT ADISUCIPTO
Anna, Pandu, Sekar, Mbak Lien, Mbak Yoen, Mas Tirto serta Galuh (sebagai sopir) naik CRV cari makan malam. Ampuuuun daaaah, tuh Jogjakarta udah seperti kota mati. Lebaran kok sepi banget yak?! Udah gitu hampir semua tempat makan tutup semuuuaaaa...Kalau lihat kondisi seperti ini daku mikir, Jakarta katanya sepi banget saat lebaran tapi ternyata di Jogjakarta-pun nggak kalah sepi! Sepertinya yang ramai hotel – hotel dan tempat hiburan deh! Lah tadi di Klaten yang notabene pedesaan aja sepi gituh – gak ada suasana lebarannya acan. Apalagi menurut kabar di tipi en koran jalanan H-1 jalanan menuju “Jawa” macetnya ampun2an sedangkan kami kemarin “mak looooss” aja sampai Jogjakarta...

Akhirnya kami dapat juga tempat makan, Mie PASAR Baru Jakarta di Jln.AM Sangaji. Jauh – jauh ke Jogjakarta makannya di Mie “Jakarta” juga. Grup Pringsewu yang justru belum buka cabang di Jakarta. Daku pesan Mie Pelangi Komplit (Mie 3 warna, hijau – mie terbuar dari Sawi, merah – dari Wortel dan mie kuning telor pada umumnya). Niiih tempat makan lumayan ramaaaiiii....

Usai makan kami menuju Adisucipto Airport untuk menjemput Ibu dan Mbak Wien dari Jakarta. Mereka tadi pagi lebaran dulu di Jakarta. Dan jam 20.00 pesawat Mandala yang mereka tumpangi tiba di Jogjakarta.

Jam 22.00 kami memanggil tukang mie dokdok yang lewat depan rumah. Daku makan lagi deh, Mie Godog ala Jogjakarta seharga Rp 5000 ,-/piring.

Jam 23.00 daku langsung bobo, besok pagi agenda acara telah tersusun – ke Kebumen pagi hari. Shubuh nganter Galuh ke airport (rencananya!).

Senang deh akhirnya daku bisa lebaran di daerah lagi, terakhir lebaran di daerah tahun 2003 – di Jogjakarta juga. Waktu itu di tempat Mbak Naning di Maguwoharjo seberang airport.Tahun 2003 setelah shalat Ied kami ke Prambanan,siangnya lanjut ke Jatim dan Bali.

Semoga amal ibadah kita semua diterima-Nya. Mohon Maaf Lahir dan Bathin untuk semuanyaaa......

*Foto 1 : Honda CRV yang Anna tumpangi dalam menuju Klaten dipotret Sekar dari Tavera
 Foto 2 : Naik rakit di Rumah Makan dan Pemancingan Rawa Jombor, Klaten - Jateng
 Foto 3 : Tempat-nya Yudist di Klaten Jateng