Friday, July 24, 2009

Hotel Manohara Magelang




Saat media banyak menjadikan ‘Manohara’ sebagai subjek berita, saya menjadi teringat akan sebuah hotel di Magelang yang kami inapi ketika liburan paska lebaran 1430 H, tepatnya 3 – 4 Oktober 2008. Ketika itu saya sempat menanyakan apa arti nama ‘Manohara’, ada yang menjawab bahwa Manohara adalah nama burung – seperti layaknya nama Cendrawasih dan ada pula yang menyatakan bahwa Manohara adalah nama tokoh yang ceritanya terdapat dalam relief candi Borobudur. Kalau sekarang sih saya ngertinya ‘Manohara’ itu salah satu judul sinetron di tipi....huuuu....;-p

Menginap di Hotel Manohara Magelang membawa kesan sendiri bagi saya, dikarenakan hotel milik pemerintah setempat dan berbintang 4 ini merupakan satu-satunya hotel yang berada di dalam the Borobudur Archaelogical Park. Petugas hotel (mirip Tora Sudiro euy!) yang membawa tas/koper kami ke kamar menjelaskan kepada saya bahwa Amanjiwo Resort, tempat bermalamnya para mega selebrities dunia tidak seberapa jauh dari kamar kami. Memang tidak terlihat, apalagi ketika itu hari sudah gelap. Petugas itu menceritakan juga bahwa David Beckham dan sang istri yang mantan personel Spice Girl sempat “bocor” berita-nya saat akan berkunjung kesana. Dan sang pemain bola tersebut “selundupkan” ke terminal cargo oleh orang-orang di bandara karena “kebocoran” berita tersebut ke public. Yup...para mega bintang dunia itu memang seringkali mengendap di sekitar Candi Borobudur dikarenakan privasi-nya yang tidak mau terganggu, bukan saja mega bintang di dunia hiburan/olah raga, bahkan mendiang Lady Diana pernah menginap di group ‘Aman...’ yang bagi rakyat Indonesia umumnya membuat isi dompet menjadi tidak aman...hehehe....Tarif menginap di Amanjiwo ini paling murah Rp 7 juta untuk 2 orang ,sedangkan yang termahal US$ 2,600 ,- permalam! (Halooo...itu rates belum termasuk tax yak!).Saya-pun langsung nongkrong di teras kamar yang ‘menghadap’ resort tersebut, ketika kakak saya menanyakan apa yang saya lakukan disana...saya menjawab dengan cuek,”Lagi menghirup dan menikmati udara Amanjiwo....” Hehehe...belum sempat menginap disana, setidaknya sudah merasakan udara disekitarnya.

Saya, kakak + kakak ipar dan keponakan (berempat) makan malam di restaurant hotel Manohara. Suasana Jawa traditional terasa kental, model restaurant juga ala pendopo Kraton lengkap dengan karawitan-nya. View-nya??? Candi Borobudur mengintip kami yang sedang upper dinner....namun kami belum dapat menikmati kemistisan candi terbesar di dunia tersebut dikarenakan malam menghalangi pandangan kami. Baru-lah saat breakfast kami melumati keindahan lanskap sekeliling candi.


PAGI DI BOROBUDUR.
Usai shalat Shubuh Mas Tunggal, Mbak Lien, Sekar dan Seno bergegas mengejar matahari. That’s true! Mereka akan menikmati kebesaran-Nya dengan menyaksikan sunrise on the top of Borobudur. Borobudur belum dibuka bagi public, namun bagi tamu Hotel Manohara mendapat keistimewaan boleh berada di puncak candi disaat matahari belum muncul (Public/non tamu Hotel Manohara diperkenankan ikut dengan membayar Rp 250.000,-/person).Oh ya, malamnya dari theater hotel kami menyaksikan film mengenai Candi Borobudur. Sedangkan saya dan Mbak Rita lebih memilih menikmati sekeliling candi dari bawah. (Saya masih ingat benar berada di puncak candi Borobudur beberapa tahun yang lalu, walaupun bukan pada sunrise...hehehe, ingat panas-nya yang ampun-ampunan dan bergaya ala pemain film India tapi ‘ngojek payung’. ) Saat itu Mbak Ritha memang sedang mengalami masalah dengan kaki-nya, sehingga kemungkinan untuk mendaki candi sangat kecil. So kami berdua menyewa 2 sepeda yang disediakan oleh pihak Hotel Manohara. Kemana??? Mengelilingi Candi Borobudur tanpa “diganggu” orang lain.....!!! Berasa deh tuh candi kita yang punya...hihihi....Sepeda kami kayuh dengan santai. Kami singgah di kandang Gajah yang siang nanti akan “bertugas” di kawasan tersebut. Mereka masih menikmati makan pagi-nya. Kemudian kami menghentikan sepeda kami ke beberapa wahana di sekitar candi, diantaranya beberapa museum yang terdapat disana. Belum dibuka untuk umum, mereka masih bersiap-siap – namun dengan ramahnya mereka mempersilakan kami masuk dan melihat-lihat begitu mengetahui kami adalah tamu Hotel Manohara.
Dari kejauhan kami menyaksikan calon pengunjung Candi Borobudur yang belum diperkenankan masuk ke kawasan tersebut. Sangat ramai! Maklumlah libur lebaran, syawalan. Beberapa diantaranya melihat kami yang dengan santai-nya berkeliaran di dalam kawasan. Heran melihat tampilan kami yang dijamin bukan penampilan petugas dan bukan pula penampilan warga desa setempat, namun dapat wara wiri di dalam lokasi tanpa ada yang melarang. Mudah-mudahan sih mereka nggak mengira kami makhluk penampakan atau lebih kejamnya mengira kami adalah bagian dari ‘peliharaan’ atraksi kawasan wisata..hehehe...

Kami berdua kembali mengayuh sepeda ke arah Hotel Manohara. Meletakkan sepeda di depan lobby, dan langsung menuju tempat makan pagi.Breakfast sambil memandang keindahan Borobudur dan lanskap-nya. Menunggu mereka yang baru turun menyaksikan sunrise. Tak lama mereka muncul dan bergabung bersama kami berdua.

Selesai breakfast saya dan Mas Tunggal berkeliling sekitar hotel sambil mengamati aneka tumbuhan yang ada disekitar kami, ada pohon Bodie – yang dianggap keramat bagi umat Budha, dan ditanam oleh ‘orang-orang khusus’ serta pohon Maja yang buahnya mirip buah Semangka namun tidak diperkenankan dimakan. Kata-nya buah ini yang ‘disumpah2in’ oleh Gajah Mada, yang menyatakan ogah makan buah ini sebelum Nusantara bersatu. Masaq iya seh???!! Ada juga pohon bunga yang sebelumnya tidak pernah kami temukan di tempat lain, bahkan ketika kami meminta penjelasan orang disekitar sana mereka tidak mengetahui nama bunga-nya. Dengan meminta izin, kami membawa beberapa bibit bunga tersebut untuk dibawa dan kami tanam di Jakarta. Bahkan kami juga membawa beberapa buah Maja. Bukan maksud kami merusak loh, justru kami berniat menanam dan mengembang biakkan tanaman-tanaman tersebut di sekitar tempat tinggal kami.
Siang itu kami kembali ke Jogjakarta, menjemput ibu di rumah Galuh dan langsung menuju ke Semarang (lewat Magelang lagi deh!) – singgah sebentar di Eva Coffee House.....( http://odysseygemini.blogspot.com/2008/10/eva-coffee-house-jawa-tengah.html ) dan malam ini kami terlelap di Grand Candi Hotel, hotel berbintang 5 di Semarang.

7 comments:

  1. Hotel nggak kreatif. Namanya meniru nama bintang sinetron ;))

    ReplyDelete
  2. Aku liat di TV, Manohara itu katanya nama dewi mba. Manohara diceritakan sebagai dewi penggoda. Konon, saat Arjuna (ato sapa aku lupa) sedang bertapa kan belio digoda sama dewi2 dr khayangan gtu tuh. Nahh satu-satunya bidadari yang mampu menggoda tapa nya ya cuma Dewi Manohara ituh.. (sumber : Obrolan pewayangannya Sudjiwo Tedjo).
    Aku dulu pnh inap disini juga mba, cuman kok klo aku liat dan rasakan (IMO yahh), hotelnya biasa aja. Dia cuma menang krn ada di kawasan Candi Borobudur ajah..

    ReplyDelete
  3. Hehehe...emangnya ada yah bintang sinetron namanya Manohara? ;-))

    ReplyDelete
  4. Pernah baca juga sih ttg Manohara yang ceritanya ada di relief Borobudur,tp aku kurang jelas juga.
    Yup,barangkali untuk yang tinggal di Jawa dan dekat dengan budaya Jawa sih hotel ini biasa banget.Kamarnya juga biasa...maklum yg ngelola bukan chain international ;-D Tetapi justru krn dikawasan Candi Borobudur makanya "tak terkalahkan" secara lokasi.Trus sendratari-nya juga bagus .Hehehe...kalau buat kamu yang tinggal di Semarang sih jadi biasa banget,karena yang lebih traditional khas Jawa juga banyak ;-)

    ReplyDelete
  5. Hahaha...ternyata pengamat sinetron sejati ;-)
    Kalau aku sih nggak sempat nonton Manohara.Lagi nunggu yang versi Pangeran Kelantannya aja ;-D

    ReplyDelete
  6. Sebenernya satu kawasan dengan candi pun hanya sedikit keuntungnnya. Krn klo mo menikmati sunrise juga musti bayar lagi. Dan klo pagi mo jalan2, musti nunggu ampe pintu gerbang candinya dibuka utk umum. Cuma mungkin kita ngga perlu bayar lg ajah..

    ReplyDelete