Monday, December 24, 2007

Nostalgia Tanah Suci

Salah satu kegemaran saya selama ini adalah bepergian (melancong). Puluhan kota di dunia pernah saya kunjungi, namun belum lengkap rasanya jika saya belum berkunjung ke Tanah Suci, menjadi tamuNya. Karena itu, saya bertekad harus pergi menunaikan ibadah haji sebelum menikah. Kerinduan saya kepada Allah terasa begitu membuncah di dada.

            Tahun 1996, saat saya liburan kuliah du New Zealand, saya pulang ke Indonesua. Saya mengumpulkan tabungan, dan ternyata uang tersebut hanya cukup untuk biaya menunaikan ibadah umrah. Alhamdulillah. Saya langsung mencari biro perjalanan yang menyelenggarakan bimbingan umrah dan haji. Waktu itu saya berpikir, siapapun penyelenggaranya tidak masalah yang penting murah. Maklum, namanya juga mahasiswi segala rencana harus disesuaikan dengan isi kantong.

            Akhirnya saya mendapatkan biro perjalanan yang lebih murah dibanding dengan perusahaan sejenis lainnya. Saya juga ditawari umrah plus ziarah ke Masjidil Aqsa. Selisih harganya tidak terlalu, tetapi saya berpikir – pikir dan berhitung – hitung dulu. Alhamdulillah, ibu saya memberi “uang jajan” yang kemudian saya pergunakan untuk biaya tambahan perjalanan umrah plus.

            Rombongan kami berangkat menuju Saudi Arabia melalui Yordania. Pesawat kami mendarat dengan selamat di Queen Aulia Airport saat subuh. Lalu kami dibawa ke hotel untuk istirahat karena perjalanan ke Saudi Arabia baru akan dilanjutkan menjelang waktu Maghrib nanti. Tetapi waktu yang disediakan untuk istirahat itu, justru kami manfaatkan untuk mengikuti paket “Amman City Tour” dengan mengunjungi tempat – tempat bersejarah Islam di dalam dan di sekitar kota Amman, ibukota Jordania.

KISAH PARA PENGEMIS

            Di rombongan kami, saya merupakan jamaah termuda. Namun karena kondisi fisik saya tergolong sehat dan mampu berbahasa Inggris, maka saya dipercaya menjadi “sekretaris rombongan”. Hal itu tentu sangat saya syukuri. Adapun tugas saya antara lain membantu ibu – ibu mengisi formulir imigrasi dan memberi informasi bila ada tempat belanja yang murah. Padahal saya sendiri paling tidak betah berbelanja.

            Karena mensyukuri fisik yang masih kuat itu, maka selama di Mekah saya melaksanakan ibadah umrah setiap hari. Selama di tanah suci itu dsys punya pengalaman unik dan menarik. Di rombongan kami, ada seorang ibu yang entah kenapa selalu dikejar – kejar pengemis. Kemanapun ia pergi, pengemis – pengemis itu selalu berbondong-bondong mengejar dan menarik-narik baju ibu itu sampai ia berteriak-teriak histeris. Saya sendiri merasa heran, kenapa saya tidak pernah dimintai uang oleh pengemis-pengemis itu. Saya berpikir, apakah wajah saya terlihat pelit, atau karena karena mereka memang tahu saya tidak punya uang berlebihan. Mudah-mudahan karena hal yang baik itu, sehingga saya justru yang lebih dulu memanggil atau mencolek pengemis itu untuk membagi-bagikan uang receh.

            Ada hal lain yang bagi saya cukup berkesan. Keinginan saya untuk mencium Hajar Aswad begitu menggebu, sehingga saya sengaja memisahkan diri dari rombongan dan langsung menuju batu hitam di sudut Ka’bah itu. Alhamdulillah, dengan karunia dan kemudahan dari Allah SWT saya dapat mencium Hajar Aswad setiap selesai melaksanakan tawaf umrah. Sehingga dalam seminggu, saya dapat menciumnya 9 kali, sesuai dengan keinginan saya. Yang mengesankan sya, saat jamaah lain saling berdesakan ingin mencium Hajar Aswad, saya hanya memangdang mereka tanpa ikut menyikut-nyikut jama’ah lain.

            Saya memang berusaha menghindari kerumunan jamaah pria. Namun tiba-tiba asykar penjaga batu itu menahan orang – orang yang saling berebutm dan tanpa diduga ia memanggil saya dan mempersilakan saya mencium Hajar Aswad sepuas-puasnya. Mungkin ia kasihan melihat tubuh saya yang kecil, atau ada malaikat yang membisiki hatinya agar segera membantu saya. Allahua’lam bissawab, yang jelas dan pasti,saya sangat menikmati perjalanan umrah pertama ini. Sehingga yang ada dalam pikiran saya Cuma rasa syukur kepada-NYA. Banyak pengalaman yang saya peroleh di Tanah Suci. Misalnya, saya pernah diajak menikah oleh dua orang Arab dan saya juga dapat shalat di Raudhah beberapa kali. Di sana sana saya berdoa sebanyak mungkin. Salah satu doa saya adalah saya ingin kembali ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji di saat usia muda, sehat dan belum menikah.


DOA YANG TERKABUL

            Tiga tahun kemudian doa itu dikabulkan-Nya. Bagi saya, ini merupakan suatu keajaiban. Tahun 1999 ONH melambung tinggi, mencapai angka 20 jutaan. Rekor termahal dalam ONH. Biasanya ONH Plus berkisar antara 14 – 17 jutaan, tapi tahun itu ONH Biasa melampaui jumlah tersebut. Saya sempat berkata kepada rekan,”Hanya orang-orang mulia yang dapat menunaikan ibadah haji tahun ini. Selain biayanya yang tinggi,juga waktu wukufnya jatuh pada hari yang mulia, Jum’at, sehingga disebut haji akbar.”

            Batas pendaftaran haji tinggal 2 minggu lagi, tak ada bayangan tahun itu saya dapat menunaikan ibadah haji. Suatu malam sata bermimpi di datangi 3 orang pria bercahaya. Salah seorang diantaranya memberi saya cahaya dan sebuah kitab. Saya ingin menanyakan sesuatu, tapi salah sayu diantara mereka berkata,”Belum waktunya kamu bertanya banyak kepada kami.” Saat itu tanggal 21 Ramadhan 1419 H.

            Keesokan harinya saya merasa terpanggil untuk pergi ke Tanah Suci. Tetapi dua minggu sebelumnya, tabungan saya sudah gunakan untuk berlibur ke Singapura dan Australia. Sekitar pukul 1 malam, iseng-iseng saya menelpon sebuah biro perjalanan haji. Dan keajaiban itu terjadi! Saya dapat kesempatan untuk menunaikan ibadah haji, meski dengan “menggerus” tabungan. Saya mendaftar pada hari terakhir pendaftaran. Saya yakin Allah SWT akan mengganti uang tabungan itu dengan berlipat ganda.

            Keberangkatan yang terkesan mendadak saya hadapi dengan tenang dan pasrah, seperti layaknya bepergian ke negara-negara lain. Lagipula sebelumnya saya telah mengenakan jilbab,sehingga tak perlu lagi membeli busana muslimah. Pakaian ihram-pun saya pinjam milik kakaka yang satu tahun lalu menunaikan ibadah haji. Bahkan tikar yang akan saya pakai di Arafah nanti adalah tikar ayah ketika beliau menunaikan ibadah haji 14 tahun yang lalu. Dan saat ayah meninggal dunia, tikar itu pula yang dipakai sebagai alas jenazah saat dikafani.

            Dengan berbagai “keterbatasan” tersebut, hati saya merasa sangat tersentuh. Apalagi saat tidur di padang Arafah pada malam Jum’At, saya tidur beralaskan tikar tersebut dan saya bermimpi tidur di sebuah istana yang megah terbuat dari emas dan penuh dengan makanan – makanan yang lezat, dikelilingi pria-pria tampan. Mudah-mudahan mereka itu penjelmaan dari malaikat.

            Kalau soal makanan lezat memang selama menunaikan ibadah haji, setiap makanan yang saya makan selalu terasa lezat. Bahkan saya mendapatkan makanan yang berlimpah. Selama ini, saya paling tidak suka dengan daging kambing. Tapi saat kami diberi hidangan gulai kambing, saya dapat melahapnya dengan enak. Memang sebelumnya saya tidak tahu kalau uang dihidangkan itu adalah daging kambing. Selain berbagai macam makanan, kami juga disodori buah-buahan segar dan aneka juice dalam kaleng. Karena terlalu banyak, maka buah-buahan dan juice tersebut kami bagi-bagikan kepada para pengemis di Mina. Jumlahnya berkarung – karung.


BERTRILYUN SYUKUR

            Rasa syukur yang mendalam pada-NYA tidaklah terhitung, trilyunan atau tidak terhitung sama sekali karena begitu banyaknya kenikmatan dan kemudahan yang Dia berikan pada saya. Sedangkan kalau dapat disebut “cobaan”, saya hanya mengalaminya sekali saja yakni saat mendapat menstruasi yang melenceng dari tanggal biasanya. Mungkin itu dampak dari penggunaan obat penunda menstruasi yang saya minum.

            Alhamdulillah, semua itu dapat saya atasi, bahkan saya memperoleh hikmah yang cukup banyak. Diantaranya, saya dapat melaksanakan shalat Ar’bain di Masjid Nabawi, Madinah, tanpa hambatan. Sedangkan shalat di Raudhah, karena pada waktu umrah di tahun 1996 dulu saya sudah melakukannya berkali –kali, maka pada musim haji tahun 1999 itu saya memberi kesempatan pada jama’ah yang lain. Sehingga mereka juga dapat merasakan bagaimana nikmatnya shalat di “taman surga”. Bukankah memberi kesempatan pada orang lain untuk beribadah berarti kita juga termasuk sudah beramal?

            Dari trilyunan rasa syukur yang saya dapati, yang utama adalah karena Allah SWT telah memberi saya kesehatan yang optimal. Selama menunaikan ibadah haji, saya tidak pernah sakit. Bahkan salah seorang menjuluki saya “Onta Arab”. Karena, menurutnya, hanya Onta Arab saja yang tidak pernah mengalami gangguan kesehatan selama musim haji.

            Sebelum kembali ke Tanah Air, saya berdoa kepada Allah SWT ; Ya Allah, saya mohon dapat kembali ke Tanah Suci huna menunaikan ibadah haji bersama ayah dari anak – anak saya kelak. Pada prinsipnya ibadag haji hanya wajib dilakukan seumur hidup, maka jika kita mendapat kelebihan rezeki, alangkah baiknya jika kita membiayai orang lain yang berniat menunaikan ibadah haji, namun ekonominya tidak mampu.

            Terlepas dari hal itu, saya sendiri berniat kembali ke tanah suci bersama suami guna menunaikan ibadah haji jika kelak telah menikah (Catatan 2007 : Alhamdulillah sudah tercapai bersama “calon suami” ketika itu, tapi gak usah daku ceritakan lebih lanjut ya! Sekarang sih daku lagi menanti calon suami disunatin...hahaha, kalau dia nggak jadi disunat berarti gak jadi suami deh...hihihii...) .Sedangkan untuk ibadah umrah Insya Allah akan saya laksanakan kembali jika timbul kerinduan saya pada Tanah Suci dan Allah memberi rezeki yang berlimpah kepada saya. Amin.

Dimuat di Majalah Amanah No.25 April 2002

12 comments:

  1. Semua orang sih bisa jalan,Kang. Asal doa dan yakin ;-)

    ReplyDelete
  2. enaknya yg bs jln2 ke sono ke mari...
    pengen gw jd bekpeker ke mana2 tp sayang byk di rmh yg musti dikasih makan :-)
    ???? paragrap terakhir masih mengawang2 di kelapa eh kepala gue...

    ReplyDelete
  3. Iye enak emang bs jln kesono kemari,tp ke La Piazza malem taon baruan masih mikir :-D
    Gak usah backpacker,Yen...Ikutan kita ke Italia (Eropa) ajah tahun 2008 nanti ;-) Yang ke HK sptnya nggak gue kejar deh...gak terlalu menantang soale,mending jadi TKW aja kalo kesono ;-D
    Paragraph terakhir yang mane??? Gak usah dipikirin! :-D

    ReplyDelete
  4. Kl jalan2 ga usah mikir Na. Jalan pake kaki ga pake otak :-)))
    Masalahnya ke itali pake duit, itu jg yg nyarinya musti pake otak
    jgn2 ke HK cuma mo liat Victoria Park.. yee elah mending ke alun2 yogya aja .. isinya orang2 jawa semua juga :)
    mending ke cina nya aja drpd HK. keknya lbh seru.

    Itu paragrap terakir ntuh. gimana ga dipikir? wong udah telanjur dibaca kok!
    blg ke dia, duitnya jgn diabisin buat jln2.. siapin tabungan buat biaya sunat jg :-)))
    (ups.. maap...) *tertawa terguling2*

    ReplyDelete
  5. Kalau cuma pake kaki en gak pakek otak ntar jalannya nyasar ;-)
    Ke Italia-nya cuma ngerekomendasi'in temen2 spt yang waktu daku sms ke dikau kok. Gampang khan??? Soal otak urusan si Abang ajah...;-))

    Emangnye biaya sunat berapa yak??
    Mahal mana sama biaya nikah? :-)) *ikutan terguling2*

    ReplyDelete
  6. ya sud biar semua diurus abang aja, elo mah ntar tinggal jalan aja :-))

    wah, kl biaya sunat.. mgkn lmyn keknya, palagi kl mo cepet pake laser aje
    blm lg ntar bikin acara undang2 teman tuk selamatan sunatan :-))
    undangannya gratis deh gue yg bikinin (khusus unt sunatan bkn nikahan)
    Mo sunat pa nikah pilih satu2 dulu :)) kl abis sunat kan ga bs lsg nikah.

    ReplyDelete
  7. Kalau pakek laser daku jadi ngebayangin pedangnya di film Star Wars.Dipotongnya pakek itu kali yak ;-))
    Katanya sekarang udah canggih, abis sunat bisa langsung lari2. Lah lari2 aja bisa apalagi cuma nikah.Nikah khan gak pakai lari2. Penghulunya panggil aja ke tempat nikah ;-D

    ReplyDelete
  8. heh! ga usah dibayangin! justru itu... kl lari2 bs kl nikah blm tentu bs :-)
    Ya sud, biar lbh murah barengan aja nikah ma sunatnya jd biaya pestanya ga dobel.

    ReplyDelete
  9. Iya deh...yang penting dia sunat dulu.
    Nikah ntar2 ajah...;-D
    Wajib-nya ajah duluuuuu....sunat en nikah "cuma" sunah ;-D

    ReplyDelete
  10. barengan jg ga pa2 :-)))
    (tertawa terguling2....)

    ReplyDelete
  11. Usia manusia memang rahasia Allah swt.
    Rekan saya ini-lah yang mengajak saya bersama menunaikan ibadah haji "suatu saat nanti", dan saya menjawabnya dgn kalimat tsb diatas.
    Hingga akhir hayatnya rekan saya ini belum sempat ke tanah suci...yaa, dia berpulang utk bertemu dengan-NYA pada tanggal 2 February 2008.Saat rumah saya kebanjiran hingga saya tidak sempat melayatnya.
    Selamat berpulang, Sahabat...suatu saat nanti kamu juga akan ditempatkan di hari yang mulia.Hari yang dijanjikan-NYA.Semoga kita dapat dipertemukan di tanah yang lebih suci di hari tersebut. Amiiinn......

    ReplyDelete