Hampir setahun ini aku justru memperhatikan salah satu komunitas penggemar salah satu group band di Indonesia. Aku memang menggemari lagu – lagu dari group tersebut, walaupun kadarnya lebih menggemari Dewa dan KLA Project ketika aku masih ABG. Herannya, aku terasa lebih “histeris” terhadap group yang satu ini. Jiwa ABG telat kali yeeee....???!! ;-p Saat ini aku selalu “mengejar” kemanapun group yang satu ini melakukan show.
Berdasarkan itulah aku tertarik untuk menyaksikan film yang dibintangi oleh Nirina Zubir, Didi Petet dan Junior. Tetapi setelah menonton film ini, aku tidak mendapatkan apa yang aku harapkan. Bukannya menyaksikan kehisterisan BalaDEWA cewek namun yang didapatkan dari film ini justru gambaran ‘kejamnya Jakarta’. Lah, kesannya Nirina di Jakarta seperti ingin menjadi buruh urban dibandingkan menjadi BalaDEWA sejati. Entah kenapa, sejak awal film itu aku tidak menangkap aura Nirina sebagai BalaDEWA. Aura BalaDEWA justru tertangkap dari tokoh pengamen yang mengikuti Nirina dari Station Kota.
Kekecewaanku bertambah disaat Nirina sampai di Barbados Cafe dan menjadi lecehan “BalaDEWA” yang berkumpul disana. Aku yakin bahwa BalaDEWA sejati tidak akan melecehkan BalaDEWA lainnya, apalagi melihat orang tersebut memakai atribut band favorit-nya. Bahkan komunitas penggemar band yang konser-nya terkenal sering rusuh saja memiliki kekompakan dan helping sesama ´”anggotanya”.
Menurutku juga, ending cerita-nya kurang mantap. Kenapa kurang mantap??? Nggak aku tulis disinilah....bisa nyerita-in soal ending dong kalau ditulis. Seakan pesan yang ingin disampaikan di film ini adalah : “Gadis kampung penggemar grup musik jangan mimpi untuk menyaksikan band favoritnya secara live!”
Alangkah lebih baiknya jika film ini “mengarahkan” kepada penggemar – penggemar mania group musik papan atas agar mentaati aturan nonton konsert, bergabung di komunitas/fans club yang terorganisir, tertib dan terkendali jika sedang “mengejar” group band favoritnya...serta memberi informasi prosedur pengambilan hadiah jika seseorang memenangkan undian. Pokoknya mengarahkan menjadi penggemar sejati, khususnya penggemar yang berasal dari luar kota besar-lah.
SELAMANYA .....
Film garapan Ody C.Harahap ini telah armADA nantikan sejak lebih dari sebulan yang lalu. Alasannya????? OST film yang dibintangi oleh Dimas Seto dan Jullie Estele merupakan lagu – lagu ADA Band terbaru.
Tanggal 19 July 2007, pemutaran hari pertama di bioskop terdekat di kota Anda (halaaahhh...) – kami, 34 armADA cewek telah bersiap – siap menyaksikan film yang diproduksi oleh Multivision. Nggak tanggung – tanggung, kami sampai usaha menelpon pihak Multivision agar memberikan kami service yang lebih dibandingkan penonton lain. Bahkan Multivision berusaha mendatangkan personel ADA Band apabila armADA yang hadir lebih dari 50 orang.
Pukul 19 kami telah berkumpul di Pasaraya Grande. Atas referensi Multivision kami mendapat tempat di MPX Grande. Huhuhuuhu...kita kehabisan souvenir. Mosoq sih hanya dapat pulpen doang dari Multivision. Tapi tak apalah, yang penting kebersamaan menyaksikan film dengan OST dari sang idola.
Jadilah MPX Grande malam itu dikuasai hampir 30 cewek yang kesemuanya armADA. Satu theater kami booking. Jiwa narsis-pun langsung tumbuh!
Pertunjukan dimulai, satu theater dikuasai cewek. Hanya 1 cowok, kakak salah satu armADA. Hehehehe...ngejaga’in adiknya yang suka histeris ya, Mas??? ;-p
Hhhhmmmm...bingung dah daku untuk menuliskan “resensi” film ini. Terlepas dari OST-nya yang sudah pernah aku bahas, maka aku berani memberi penilaian terhadap film ini : bintang 4 dari 5 scores bintang. Daku terpesona dengan Dimas Setooooooooooooo!!!!! [Haaaalaaahhh...gini nih, kalau udah ilfil sama seseorang ;-p]. Siangnya sempat sms ke Galuh yang beberapa tahun lalu emang udah suka sama Dimas Seto, entahlah tuh anak sekarang masih suka sama cowok satu ini or nggak semenjak kuliah di UGM.
Di film ini Dimas Seto sebagai Bara menunjukkan bahwa dia adalah lelaki yang oke bangeeeeetttttzzzz. Bukan cowok pengecut yang lari dari tanggung jawab. Setelah menjerumuskan seorang cewek yang ia cintai, dia mengilang. Si cewek menjadi hancur lahir dan bathin. Tanpa sengaja keduanya bertemu kembali. Sebenarnya cewek itu membenci Bara yang telah menghilang tanpa jejak. Sahabat cewek itu mengatakan “Benci dan Cinta bedanya tipis loh!” gitu kali yeee ngomongnya. Lantas mulai deh suara Donnie nyanyi AKAL SEHAT ...dulu ku mencintaimu – teras bahagia – namun kau hilang tanpa jejak – membuat kubertanya apa salah diriku ...hapus memori itu – tak semudah dibayangkan – bagai hantu disiang malam – mendera bathinku – bayang dirimu – begitu merasuk kalbu.......
Diantara kami banyak yang tidak menyukai ending dari film ini, tetapi buat aku it’s okay! Memang ending-nya mudah ditebak, tetapi aku lebih menikmati filosofi yang ada pada film itu. Hatiku histeris ketika Bara mengatakan kepada tunangannya bahwa dirinya bersalah dan menanyakan apa yang bisa dia lakukan untuk menebus kesalahannya itu terhadap tunangannya. Tetapi dia mengatakan hal tersebut juga demi tanggung jawabnya kepada Arista, cewek yang saat ini rusak lahir bathin akibat perbuatan Bara di masa lalu. Baru 2 tahun yang lalu seeeehhhh....
Cerita dan skenario ‘Selamanya’ dibuat oleh Sekar Ayu Asmara. Ada flashback di akal sehat-ku. Sekitar 4 tahun yang lalu aku menyaksikan film yang ceritanya juga dibuat Sekar Ayu Asmara, yakni Biola Tak Berdawai. Jadi daku mengalami de javu terhadap cerita tersebut. Cowok yang bertanggung jawab dan setia terhadap apa yang dicintainya – cewek yang “rusak” namun beruntung karena mendapatkan cinta sejati. Dunia yang sempurna adalah dunia yang semuanya berwarna putih. Banyak hal berwarna putih dalam film tersebut, seperti dresscode kami malam itu (Dresscode armADA saat itu : Inod Clotching or Putih Colour)
Film ini wajib ditonton bagi pemakai narkoba! Masih banyak cinta yang sesungguhnya buat kalian.....
Keluar dari ruangan theater kami disambut lagu – lagu ADA Band....hahaha, pihak MPX memang benar – benar memberi service kepada kami. Thanks ya, Pak....Kami masih bertahan di lobby, melanjutkan foto – foto.Kali ini di depan banner film Selamanya.
“Weeeeiii Dimas Setoooo boleeeh juuuuggggaaaa!!!!” celutukku cengar – cengir sambil meminta difoto dengan banner-nya.
“Wah, pindah kelain hati nih???” sahut armADA yang mendengar. Heboh.
Jadi ingat perbincangan Anna dengan Etha di lobby tadi.
Anna : “Emang sih.....dia dgn sesama personel band lain aja seperti itu, gimana sama fans-nya? Btw kenalin aku sama bapaknya Giring dong, Tha!”
Etha,dkk : “Haaaahhh??? Bapaknya Giring???”
Anna : “Iya. Bapaknya Giring itu fotografer jurnalistik. Aku khan mau belajar sama dia, kebetulan Giring juga gaya panggungnya oke-lah!”
Yuli : “Elu tu yeee...emang deh!”
Anna : “Mendingan gue kenalan sama bapaknya Giring – bisa belajar fotografi, daripada gue disuruh sama Yanti nyamperin bapaknya Marshal (gitaris ADA Band yang katanya tinggal di Pulomas juga/'tetanggaan gituh sama daku)
So buat ‘Gadis Kampung’ yang nge-fans sama group band sama artis. Histeris boleh – boleh aja, tapi pelajarin dulu sikap – sikap artis idolanya. Mimpi bertemu dengan idolanya juga silakan aja, tapi dengan cara cerdas dan terkendali
ha..ha...bijak juga nih tante kalo ngomong!
ReplyDeletebujug dah, baladewa juga armada, trus rombongan bang haji roma juga kan?? :p
ReplyDeleteIya dong, Om....khan daku bukan abg lagih :-D
ReplyDeleteYooooiiiiii, Tante, kite sama2 tauk-lah! ;-p
ReplyDeleteKapan neh nonton konser Bang Haji barengan :-))