Tuesday, September 12, 2006

Bandung, 27 Agustus 2006


Ahad, 27 Agustus 2006

Semalam aku tidur pukul 22.00 karena malam sebelumnya tidak tidur. Thanks a lot untuk Inu yang sudah meminjamkan kamar kost-nya untukku. Sebenarnya aku bisa saja tidur di hotel dengan beberapa rekan lainnya, tetapi nggak enak hati-lah. Lah Mas Wijay yang mobilnya Anna tumpangin saja bermalam di rumahnya Mas Andon.Kebetulan kost Inu yang dilingkungan ITB (Inu kuliah di ITB Teknik Penerbangan) nggak menentukan jenis kelamin penghuninya, so asyik – asyik aja tuh! Inu pindah ke kamarnya Fajri bersama Endi.

Pukul 8-an Inu menghampiri kamarnya.”Che, bangun!”Sejak pagi aku memang sudah bangun dan shubuhan tetapi berhubung udara membuat aku ingin terus meresapi kedamaian, jadilah aku malas keluar kamar.

Jam 10 lewat kami sampai di PT Dirgantara Indonesia. Demonstrasi Flight Simulator telah berlangsung. Pengunjung membludak dengan antusias. Kali ini open house PT DI terbuka untuk umum (family). Kemarin hanya untuk undangan dan sekolah – sekolah di daerah Jawa Barat.


Jam 12 aku ikut Kia Matrix-nya Haryo ke resepsi pernikahannya Arianda dan Farina di Hotel Savoy Homann. Kami berangkat berlima : Haryo, Edo, Yongis dan Rizuki (member IF yang kuliah di ITB Teknik Elektro 2004) dengan mobilnya Haryo. Sementara Inu dan Fajri berboncengan naik motor. Tak lama kami telah sampai di Jalan Asia Afrika Bandung. Parkir di pelataran parkir Hotel Savoy Homann Bidakara (ternyata manajemen-nya sekarang dikelola Bidakara toh??!). Memasuki area resepsi kami harus melewati lorong penuh dengan kain dan pepohonan setelah mengisi buku tamu. Ruang resepsi sengaja ditutup rapat hingga pesta terkesan di malam hari. Tampak Arianda dan Farina menggunakan pakaian daerah masing – masing, Ari memakai pakaian Tapanuli Selatan dan Farina memakai pakaian Sunda. Lah kok yang mendampingi ibunya Arianda Om Rian sih?!

Setelah bersalaman Edo dan Yongis yang siap dengan camera-nya memotret Om Rian. Yang dipotret kok malah Om Rian? Bukannya pengantinnya? Hahaha....Sebelum ‘buffet session’ aku ke ‘makanan gubug’ yang menyediakan ‘Nasi Chicken Hainan’. Catering hotel tersebut lumayan enak buat ukuran catering hotel lain yang biasanya rasanya agak ajaib untuk resepsi.Setelah foto bersama kami kembali ke PT Dirgantara Indonesia.


Jam 16 acara kami di PT DI usai. Mama-nya Adnan mengajak kami menyaksikan Aeromodelling di Bandara Husen Sastranegara. Maaauuuu....Kendaraan kami (ada 6 – 7 mobil) berjalan beriringan. Tiba – tiba mobil yang ditumpangi rekan – rekan Bandung berhenti di sisi runway.

Sepuluh menit lagi Citilink landing!” Mereka memberi informasi kepada kita. Pasti mereka mencuri dengar komunikasi ATC dari radio receiver. Kompak kami turun dari mobil dan menenteng camera. Mirip pejuang yang turun dari kendaraannya, bersiaga dengan senjata karena mendengar musuh siap menyerang. Hahaha....

Yang membawa camera DSLR dan camera besarnya tolong diumpetin dong! Bisa dilihat provost dan ditegor loh!” Rekan – rekan dari Bandung mengingatkan. Aku yang hanya membawa camera digital Exlim tenang – tenang saja. Mata dan leher kami menengadah ke langit, berputar – putar mencari pesawat yang akan landing. Belum terlihat.

Melihat beberapa rekan memanjat – manjat tembok, aku ikutan memanjat di bantu Azmi. Tak lama dari balik awan muncul pesawat terbang yang seperti berbalik arah menjauh dari runway dihadapan kami.

Itu diaaaaa....lagi downwind!” teriak seorang rekan.

Iyaaa....downwind! Siap – siap, sebentar lagi landing!”

Pesawat downwind, justru menghilang dari penglihatan kami. Kalau orang awam pasti sudah meninggalkan lokasi dan mengira bahwa pesawat terbang telah pergi, tetapi buat kami yang sangat mengerti...tentu saja mengerti arti apa yang terjadi jika pesawat downwind.

Tak lama....aku terpaku dan terlena...melongo tak percaya. Pesawat dengan livery Citilink itu dengan gerakan “seksi”-nya mengeluarkan landing gear...menyentuh lembut aspal runway. Aku terpaku, tidak mau melewatkan ‘golden moment’ ini. Pesawat landing, aku langsung memencet tombol camera. Aaaaarrggghhh....pesawat terbang landing hanya berjarak beberapa meter dari tempat kami berdiri. Aku benar – benar takjub. Setiap gerakannya demikian indah...uuuh,,begitu pesawat parkir aku tersadar. Barangkali seperti orang yang orgasme. Lega,,puas...nikmat! hehehe...

Kami segera kembali masuk mobil dan melanjutkan perjalanan ke bandara. Masuk ke “daerah terlarang” TNI AU dengan “menjual” nama mama-nya Adnan yang WARA (Wanita Angkatan Udara).

Waaaawww...mobil – mobil yang kami tumbangi parkir di dalam airport. Dengan leluasa kami menikmati udara sore di taxiway bandara Husen Sastranegara. Mengamati Adnan dan komunitas Aeromodelling menerbangkan pesawat terbang mungilnya. Pesawat terbang mini itu benar – benar takeoff dan landing di taxiway pesawat – pesawat commercial. Tentu saja kami sambil memantau traffic airport melalui radio receiver. Jangan sampai deh kami masuk media massa dan terkenal karena kesamber pesawat terbang disaat kita bermain di landasan pacu pesawat terbang. Ih, kalau dipikir – pikir kami tuh benar - benar nggak waras deh...hehehe....Jadi ingat Hari yang pernah menabrak kambing di airport Adi Sucipto Jogjakarta dengan pesawat Fokker 28 Merpati-nya.

Aku sempat tandem Aeromodelling. Lumayan bermanfaat untuk melatih feeling terbang. Apalagi di real airport. Maherda dan mama-nya Adnan memotret aku yang sedang terbang tandem Aeromodelling,”Nanti kita kirim ke majalah yah!” ujar Mamanya Adnan.Oke deh, Tante,tapi majalah Angkasa dong.Jangan majalah Bobo

Oh iya, pesawat Citilink yang tadi kami tunggu – tunggu saat landing kembali takeoff. Taxi –nya di tempat kami Aeromodelling. Captainnya melambaikan tangan, dadahdadahan kepada kami yang bersorak – sorak melihat pesawat terbang berjalan sangat dekat dengan kami. Pesawat Citilink takeoff menuju Batam. “Have a nice flight, Captaint!!!” teriak kami melambaikan tangan dibalas cockpit crew didalamnya ketika pesawat bersiap rotate.

Memasuki waktu Maghrib kami meninggalkan lokasi airport. Pintu hanggar di hadapan kami terbuka.

“Wah, itu ada Colibri yah!?” Mas Wijay tiba – tiba menunjuk pintu hanggar. Setelah berteriak ke Adnan yang sudah duduk di mobilnya dan Adnan menjelaskan secara detail pesawat dan helicopter apa saja yang ada di hanggar tersebut, mobil kami melaju ke rumah Adnan yang tak jauh dari bandara di PT DI.

Makan malam di rumah Adnan bersama – sama. Pukul 20 lewat pasukan Jakarta kembali ke Jakarta. “Kalau kalian ke Bandung jangan lupa mampir kemari lagi yah!” pesan mama-nya Adnan yang tadi juga menawarkan kami untuk berkunjung ke Lanud Iswahyudi Madiun.

Terima kasih, Tante ....” Ucap kami, “teman-teman” Adnan yang usianya lebih cocok sebagai Om dan Tante Adnan.

No comments:

Post a Comment